18-21 November 2009 menjadi suatu kenangan indah yang tak terlupakan. Mewakili AIMI yang diundang oleh IBFAN (International Baby Food Action Network) Asia sebagai delegasi dari Indonesia untuk menghadiri konferensi regional yaitu One Asia Breastfeeding Partners Forum 6 di Colombo, Srilanka, dengan tema “Breastfeeding in Emergencies: Challenges & Solutions”.
Apa sih One Asia Breastfeeding Partners Forum?
“In the year 2003, the Breastfeeding Promotion Network of India (BPNI) and The International Baby Food Action Network (IBFAN) Asia, organized a landmark event, the Asia Pacific Conference on Breastfeeding’ to promote the implementation of the Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. As a follow up, the south Asia participants met and took a decision to mobilize groups, governments, UN and others to focus on related issues. It led to the organizing of the South Asia Breastfeeding Partners Forum each year in different countries. The major objective was to strengthen the breastfeeding movement and its linkages with the governments and the UN agencies. Enhancing interest and action on infant and young child feeding was the considered outcome.”
Forum yang ke-6, adalah pertama kalinya konferensi ini melibatkan negara-negara dari Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Yang menjadi pikiran pada saat menerima berita bahwa AIMI diundang untuk hadir di konferensi ini adalah; kalau saya jadi pergi, bagaimana dengan kebutuhan ASIP-nya Ascha yang pada saat itu berusia 18 bulan. Bagaimana pula dengan mekanisme penyimpanan dan pengangkutan ASIP selama perjalanan saya disana? Ternyata karena baru pada saat-saat terakhir memutuskan untuk pergi ke Colombo, persediaan ASIP saya tidak mencukupi kebutuhan Ascha selama ditinggal. Sepertinya saya juga tidak punya cukup waktu untuk mengejar ketertinggalan stock ASIP tersebut. Apa boleh buat, akhirnya saya memutuskan untuk minta donor ASI dari seorang sahabat untuk menutupi kekurangan. Kenapa tidak dikasih UHT saja? Toh usianya sudah 18 bulan. Memang sampai dengan saat itu (dan juga sekarang di usia 22 bulan), Ascha belum pernah sama sekali tersentuh oleh susu sapi. Saya pikir sayang juga, kalau bisa tetapi ASI – walaupun bukan ASI saya – kenapa tidak? Karena saya pernah berada dalam posisi yang mendonorkan ASI, saya juga tidak ada masalah kalau pada saat itu beralih posisi menjadi penerima donor. Itu semua saya jalankan karena tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa tidak ada susu lain yang bisa menggantikan ASI.
Oke, masalah persediaan ASIP sudah teratasi. Sekarang masalah penyimpanan dan pengangkutan ASIP saya hasil perahan selama di Colombo (dan tentu, di perjalanan). Untung salah satu pengurus AIMI sudah ada yang sangat berpengalaman mengenai hal ini. Selanjutnya saya banyak bertanya-tanya ke dia, banyak browsing juga, dan akhirnya saya jadi semakin mantap dan percaya diri untuk menjalankannya (oya, sharingnya pengurus AIMI ini bisa dibaca juga loh disini).
Tanpa saya sadari, hari H keberangkatan saya sudah tinggal esok hari. Sedih rasanya membayangkan akan meninggalkan anak-anak, tapi disisi lain, I was very excited!
Day 1: Selasa 17 November 2009
Perjalanan ke bandara lumayan lancar, tidak ketinggalan tas laptop saya dan juga cooler bag ASIP berserta perlengkapannya yang saya masukkan ke dalam koper kecil untuk masuk di cabin. Berhubung tidak ada penerbangan langsung Jakarta – Colombo, maka saya harus ganti pesawat di Singapura. Pada saat melakukan check-in di Soekarno-Hatta antrian lumayan sepi, pada saat mau mengurus bebas fiskal… wah, ternyata kartu NPWP saya ketinggalan!! Untung saya mencatat nomor NPWP-nya, jadi tetap dapat stiker bebas fiskal tersebut (kalau tidak harus bayar 2,5juta loh).
Karena maskapai penerbangannya delay selama 1 jam, sampai di bandara Changi, Singapura semuanya serba terburu-buru. Untung bagasi sudah check through dari Jakarta, jadi saya masih sempat merah ASI. Dapat deh 1 kantong ASIP. Senangnya!
Perjalanan cukup melelahkan, karena 1 kali ganti pesawat dan 1 kali transit di Kuala Lumpur. Sampai di Colombo sudah malam. Perjalanan Bandaranaike International Airport ke hotel memakan waktu kurang lebih 1 jam 15 menit. Begitu sampai di hotel, saya hanya menyempatkan diri untuk makan malam dan memerah ASI sebelum tidur.
Day 2: Rabu 18 November 2009
First day of the conference! Pertama-tama sebelum sarapan pagi tentu menyempatkan diri untuk memerah dulu. Setelah itu, naik kendaraan yang sudah disediakan panitia menuju ke lokasi konferensi (di hotel lain). Deg-degan dan bangga, karena ternyata saya satu-satunya delegasi perwakilan Indonesia di konferensi tersebut! Senang bertemu dengan sesama pejuang ASI dari negara-negara tetangga se-Asia.
Setelah opening ceremony oleh ketua IBFAN Asia, IBFAN Southeast Asia dan juga ketua panitia penyelenggara, ternyata untuk sesi pertama di hari itu adalah presentasi para delegasi dari negara-negara yang baru saja terkena bencana alam. Tentu termasuk Indonesia, karena saat itu baru saja mengalami bencana gempa di Tasikmalaya dan Sumatera Barat. Pada materi presentasi yang saya sampaikan, topik pembahasan adalah, bagaimana menangani para korban gempa yang terdiri dari kelompok para ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. Ternyata meskipun sudah ada peraturan nasional mengenai pembatasan pemberian bantuan berupa susu formula, tetap saja masih ditemui berbagai pelanggaran di lokasi bencana, baik oleh lembaga-lembaga nasional maupun internasional. [download id=”25″]
Selama konferensi berlangsung, tentu tidak boleh lupa untuk memerah ASI (yang kemudian saya simpan di kulkas kamar hotel), dan juga pada malam hari sebelum tidur.
Day 3: Kamis, 19 November 2009
Pagi hari dimulai dengan kegiatan rutin memerah ASI, kemudian bersiap-siap untuk sarapan dan langsung menuju ke ruang konferensi. Hari iitu saya juga mendapatkan kesempatan sekali lagi untuk presentasi di hadapan para peserta delegasi. Kali ini topiknya adalah mengenai pelaksanaan pengumpulan data untuk WBTi (World Breastfeeding Trends Initiative) di masing-masing negara. Apa saja kesukaran yang dihadapi dan bagaimana mengatasinya.
Ternyata sore harinya Menteri Kesehatan Srilanka melakukan pembukaan secara resmi konferensi One Asia Breastfeeding Partners Forum 6, dan kemudian dilanjutkan dengan jamuan makan malam secara resmi di kediaman Ibu Negara (yang dijaga dengan sangat ketat). Acara ini berlangsung sampai larut malam, dan ketika tiba kembali di hotel rasanya sudah ingin langsung merebahkan badan ke kasur, tapi tidak boleh lupa 1 sesi memerah ASI sebelum tidur.
Day 4: Jumat, 20 November 2009
Di hari ke-empat ini, kebetulan saya sudah tidak ada lagi kewajiban untuk presentasi, jadi lebih santai meskipun tetap serius menyimak materi-materi yang disampai selama sesi berlangsung. Di hari ini pula akhirnya pada peserta konferensi berkesempatan untuk sedikit melakukan shopping pada sore hari, meskipun belum secara maksimal!
Day 5: Sabtu, 21 November 2009
Hari terakhir dari konferensi. Seluruh negara peserta mempresentasikan action plan untuk tahun 2010, dan pada kesempatan ini juga ternyata Indonesia dipilih menjadi salah satu kandidat tuan rumah untuk penyelenggaraan konferensi One Asia Breastfeeding Partners Forum 7 (yang ternyata memang pada akhirnya negara kita tercinta ini yang terpilih!). Tidak seperti pada hari-hari sebelumnya, kali ini konferensi ditutup setelah makan siang, sehingga para delegasi masih mempunyai kesempatan untuk melakukan tur setengah hari keliling kota Colombo. Tentu tidak ketinggalan untuk belanja teh ceylon yang terkenal itu…!!
Day 6: Minggu, 22 November 2009
Hari ini harus bangun jam 3 dini hari karena harus berangkat menuju bandara paling telat pukul 04.30 pagi. Kembali lagi, perasaan bercampur aduk antara senang karena akan segera bertemu lagi dengan keluarga, dan sedih karena harus berpisah dengan teman-teman para peserta konferensi lainnya. Tentu merekapun harus kembali pulang ke negara masing-masing.
Konferensi One Asia Breastfeeding Partners Forum 6 ini, pada akhirnya menghasilkan suatu deklarasi bersama 18 negara peserta konferensi, yang disebut dengan Colombo Declaration. Deklarasi ini adalah suatu kesepakatan bersama mengenai tatacara penanganan bencana dan kaitannya dengan upaya-upaya untuk senantiasa mempromosikan, melindungi dan mendukung kegiatan menyusui.
[download id=”24″]
Perjalanan kali ini memang benar-benar tak terlupakan. Oleh-oleh yang saya bawa pulang dari Colombo juga luar biasa. Persahabatan baru dengan sesama pecinta ASI dari negara-negara tetangga (mereka sempat terheran-heran loh melihat saya mengangkut ASIP pulang), networking internasional untuk AIMI, wawasan dan ilmu yang semakin bertambah, pengalaman yang semakin matang, dan tentu yang tidak kalah penting adalah lebih dari 10 kantong ASIP oleh-oleh khusus untuk Ascha tercinta.
Salam ASI!
Mia Sutanto, SH, LL.M, Konselor Laktasi
Ketua AIMI
Artikel ini telah dibaca [CPD_READS_THIS] kali