Seperti ditulis oleh Miranda Virdi, Konselor Menyusui dan Ketua Divisi Komunikasi AIMI Pusat, di Mommiesdaily.
Pertanyaan yang kerap kali muncul menjelang bulan suci Ramadan adalah seputar kewajiban puasa bagi ibu yang sedang menyusui. Teringat kembali dulu saat kehamilan memasuki bulan kedua yang bertepatan dengan bulan Ramadan, saya dan suami merasa khawatir dengan kondisi janin dan memutuskan untuk tidak berpuasa. Baru setelah melahirkan terpikir kembali bagaimanakah puasa Ramadan saya di tahun itu kala bayi masih dalam masa ASI eksklusif. Dengan mempertimbangkan riwayat kehamilan serta menyusui yang relatif lancar dan berbekal beberapa referensi, saya memberanikan diri untuk tetap berpuasa sambil bekerja dan tetap menyusui.
Berikut beberapa tips bagi ibu menyusui yang memilih untuk tetap berpuasa.
1. Niat, Persiapan, dan Dukungan
Seperti halnya menyusui pada bulan-bulan lainnya, menyusui sambil berpuasa selain membutuhkan niat yang kuat juga harus melalui persiapan yang matang serta mendapatkan dukungan dari lingkungan terdekat. Pastikan ibu dan bayi dalam kondisi sehat ketika hendak memasuki bulan puasa, berkonsultasilah dengan dokter untuk memastikan hal ini. Menyempatkan waktu untuk beristirahat sejenak agar ibu memiliki tenaga untuk menyusui, memerah, mendampingi anak, serta beribadah. Bila ibu memiliki lebih dari satu anak, siapkan beberapa perlengkapan dan aktivitas untuk menyibukkan anak yang lebih besar. Kurangi, atau bila memungkinkan mintalah bantuan dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Merencanakan menu selama bulan Ramadan dan berbelanja sebelumnya dapat mengurangi beban pikiran ibu. Hal apapun yang membuat ibu tenang akan mempermudah ibu saat menyusui maupun memerah ASI.
2. Menjaga Asupan Minum dan Makan
Cukup minum dan hindari konsumsi minuman berkafein dan berkarbonasi seperti teh, kopi, minuman ringan, yang bersifat diuretik karena akan membuat ibu lebih sering buang air kecil sehingga cairan tubuh berkurang dengan cepat. Usahakan minum air putih sebanyak 2 liter per hari atau 10-12 gelas ditambah dengan cairan lainnya seperti kuah sup hangat, jus buah, susu. Kondisi dehidrasi berat dapat menurunkan produksi ASI, meskipun begitu, hasil penelitian Neville et. al. (1993) dan Tigas et. al. (2002) menunjukkan bahwa puasa dalam jangka waktu pendek tidak mempengaruhi produksi ASI para ibu menyusui.
Selain cairan, ibu juga perlu mengatur agar asupan makanan yang bergizi tetap terjaga. Dengan kebutuhan tambahan sekitar 700 kalori per hari, 500 kalori berasal dari konsumsi makanan ibu dan 200 kalori diambil dari cadangan lemak dalam tubuh ibu. Oleh karenanya penting bagi ibu untuk makan dengan menu gizi seimbang yang mengacu pada Pedoman Gizi Seimbang, komposisi menu terdiri atas 50% karbohidrat, 30% protein dan 10-20% lemak. Pada prinsipnya berpuasa hanya menggeser jam makan sehingga ibu tetap makan minimal 3 kali sehari saat sahur, saat berbuka puasa, dan sebelum tidur malam.
Dengan rentang waktu makan yang lebih pendek yakni sejak waktu berbuka hingga waktu sahur ibu disarankan untuk membagi waktu makan dan minum secara merata, misalnya dengan minum secukupnya setiap jam atau makan dalam porsi kecil namun sering. Ibu dapat membuat jadwal minum dan makan serta melakukan pencatatan di food diary untuk mengetahui kecukupan asupan selama berpuasa.
3. Mempertahankan Menyusui
Menyusui dan memerahlah seperti biasa, karena produksi ASI sangat bergantung pada seberapa sering payudara dikosongkan. Penting untuk tetap memerah sesuai jadwal yang biasa dan selalu susui sesuai kehendak bayi selama ibu bersama bayi. Ibu mungkin akan mengalami penurunan produksi ASI di siang hari, namun ASI biasanya mulai berlimpah setelah waktu berbuka, jadi perseringlah menyusui bayi selama waktu malam dan ASI diperah usai menyusui. Memerah di malam hari juga dapat menghasilkan lebih banyak ASI perah, karena produksi hormon prolaktin di waktu ini sangat optimal.
Ibu menyusui dengan masalah metabolisme seperti diabetes dan hipoglikemia atau masalah kesehatan lainnya, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk berpuasa. Begitu juga bila saat berpuasa ibu mendadak merasa lemas, warna air seni lebih pekat, pusing, atau rasa sakit yang tidak tertahankan. Atau bila ibu menemukan bayi berada dalam kondisi:
- Buang air kecil lebih sedikit, bayi sedikitnya harus buang air kecil sebanyak 6 kali per hari,
- Berat badan tidak bertambah atau menurun,
- Rewel sepanjang waktu bahkan setelah disusui, atau sebaliknya bayi lemas dan selalu mengantuk.
Hentikan puasa jika ibu ataupun bayi berada dalam salah satu kondisi di atas. Selalu berkonsultasi dengan dokter untuk memantau kondisi ibu menyusui dan bayi selama ibu berpuasa. Terdapat keringanan dalam Islam bagi ibu hamil dan ibu menyusui untuk beribadah puasa Ramadan, konsultasikan hal ini dengan ustadz/ah.
Stay happy and fit!
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan.
Sumber: