Tips Melatih Bayi Minum ASIP Tanpa Dot

Penulis: Aida Rifan Fitriah, Konselor Menyusui dan Ketua Divisi Komunikasi AIMI Cabang Jogjakarta



Tahukah Ibu, dot adalah musuh besar suksesnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) hingga 2 tahun? Tahukah Ibu, ada media lain pemberian ASI perah selain dot yang tanpa risiko?

Risiko penggunaan dot yang paling populer adalah menyebabkan “Bingung Puting”. Apa sih bingung puting? Bingung puting adalah kondisi di mana anak menolak langsung menyusu ke payudara ibunya. 

Selain risiko tersebut, ada bahaya terselubung lainnya dari penggunaan dot. Risiko itu di antaranya menyebabkan produksi ASI menurun. Bagi ibu bekerja, ditandai dengan hasil perahan yang semakin hari semakin sedikit.

Oleh karena itu, jika ingin sukses memberikan ASI untuk si Kecil hingga 2 tahun tanpa “tambal” susu lain, gunakanlah media lain selain dot. Media-media itu seperti sendok, cup feeder, gelas sloki, pipet, atau spuit.

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan Working Mom sebelum masa cuti berakhir untuk melatih bayinya minum ASI Perah (ASIP) :

1. Ajarkan bayi minum ASIP sedini mungkin. Lebih cepat lebih baik. Bayi baru lahir sudah bisa lho, dilatih minum ASIP menggunakan media seperti pipet, gelas sloki, cup feeder, maupun spuit. Sebelumnya, harus dipastikan dulu bahwa proses menyusui bayi pada payudara sudah baik dan benar. 

Jika proses menyusui di payudara sudah mantap dan tidak ada keluhan, anak bisa dilatih untuk mengonsumsi ASI perah melalui media lain. Melatih bayi dengan media tersebut perlu waktu dan latihan. Tidak bisa “secepat kilat” langsung bisa seperti jika menggunakan dot. 

Nah, maka ibu harus melatihnya jauh-jauh hari, jangan menjelang cuti melahirkan berakhir. Proses mengajarkan bayi ini sungguh tidak mudah. Harus penuh kesabaran ekstra.

2. Siapa yang melatih si bayi minum ASIP? Ingat ya, JANGAN IBU! Mengapa? Bayi biasanya akan menolak jika ibu yang memberikan ASIP. Bayi itu pinter lho, Bu. Ia akan berpikir, “Kan ada Ibu, kenapa harus minum pakai media lain? Kenapa enggak langsung menyusu saja?”.

Ibu bisa mengajak suami, eyang, atau pengasuh yang akan menemani si bayi saat akan ditinggal bekerja. Jadi ketika ibu sudah masuk kerja, bayi dan pengasuhnya sudah sama-sama terlatih. Pengasuh tidak panik, bayi pun tenang.

3. Latih bayi menggunakan semua media yang ada. Dengan cara ini, Ibu akan mengetahui media mana yang nyaman untuk bayi. Jika menggunakan sendok, gelas sloki, dan cup feeder, tidak dituang ke mulutnya, tetapi biarkan bayi mencecap/menyeruput sendiri.

Jika menggunakan pipet dan spuit, semprotkan ke bagian pipi, bukan ke bagian tenggorokan. Hal ini agar bayi tidak tersedak. Latihlah bayi ketika belum benar-benar lapar supaya tidak mengamuk.

4. Latihan rutin. Latihlah bayi setiap hari, meskipun ia sudah mahir. Hal ini perlu dilakukan karena bayi juga butuh adaptasi dan pembiasaan. Oleh karena itu, 2-3 minggu menjelang cuti berakhir, latihlah bayi minum ASIP setidaknya satu kali sehari. Tentunya, saat bersama bayi diutamakan agar ia menyusu kepada ibu. Rutinitas minum ASIP ini bertujuan agar bayi tidak lupa caranya.

5. Ajarkan pengasuhnya mengenali tanda-tanda bayi lapar.  Mengapa hal ini perlu dilakukan? Tujuannya, agar tidak keburu “mengamuk” ketika diberi ASIP. Jika bayi mengamuk, tenangkan dulu sampai tangisnya berhenti. Jika bayinya sudah tenang, berikan kembali ASIP. 

6. Simulasi. Ibu bisa melakukan simulasi meninggalkan bayi saat 2-3 hari sebelum masa cuti berakhir. Tinggalkan bayi selama jam kerja ibu. Melalui simulasi ini, pengasuh dan bayi akan berlatih sebelum benar-benar ditinggal Ibu bekerja. 

Ibu juga bisa mengetahui perkiraan kebutuhan ASIP yang dibutuhkan bayi selama ditinggal bekerja. Saat simulasi berlangsung, ketika bayi tiba-tiba mengamuk, Ibu bisa pulang kapan saja. Biasanya, ASIP yang dihabiskan bayi pada hari pertama masih sedikit karena ia tengah beradaptasi ditinggal ibunya dalam waktu yang cukup lama.

Tidak perlu berkecil hati jika hasil perahan menurun di awal-awal masuk kerja. Hal ini wajar terjadi karena Ibu juga masih beradaptasi dengan suasana kantor, pekerjaan yang menumpuk, dan mungkin memikirkan anak yang ditinggal di rumah.

7. Pastikan bayi sudah bisa minum ASIP melalui media selain dot. Bagi ibu yang belum menemukan pengasuh atau mendapatkan pengasuhnya menjelang cuti berakhir, atau pada akhirnya menitipkan bayi di daycare, usahakan bayinya sudah pintar minum ASIP melalui media selain dot. Dengan demikian, pengasuh tidak panik ketika bayi mengamuk atau menolak saat diberi ASIP.

Jika menitipkan di daycare, Ibu bisa melakukan survei tempat penitipan anak yang mau memberikan ASIP dengan media selain dot.

8. Disiplin memerah setiap hari. Ibu jangan berputus asa jika hasil perahan pada awal masuk kerja masih sedikit. Hasil ini bukan berarti produksi ASI sedikit. Hasil perahan akan semakin banyak jika memerah dilakukan secara rutin dan disiplin tiap hari. Biasanya, hasil perahan akan stabil pada minggu ketiga setelah memerah rutin setiap hari.

9. Jauh-jauh dari penggunaan dot. Ingat, bingung puting itu bukan cuma soal bayi menolak menyusu pada payudara, tetapi juga masalah penurunan produksi ASI. Bagi yang sekarang menggunakan dot, jangan buru-buru mengklaim bahwa bayinya bebas dari bingung puting ya, sebelum usia si anak 2 tahun tanpa “tambal” susu UHT apalagi sufor.


Semoga tips ini bermanfaat ya, Ibu-ibu! Tetap semangat ng-ASI!

× Halo Available on SundayMondayTuesdayWednesdayThursdayFridaySaturday