Penulis: Mia Sutanto – Konselor Menyusui AIMI, Ketua AIMI Pusat
Seringkali, Air Susu Ibu (ASI) disalahkan sebagai salah satu penyebab timbulnya penyakit kuning atau jaundice pada bayi baru lahir. Akibat dari salah pengertian tersebut, seringkali seorang ibu disarankan untuk berhenti menyusui dan memberikan ASInya, dan bayi kemudian diberikan susu formula ataupun air glukosa. Berikut ini akan kita lihat, sebenarnya apa hubungan antara sakit kuning pada bayi baru lahir dengan kegiatan menyusui atau pemberian ASI?
Bayi baru lahir (BBL) yang mengalami sakit kuning atau jaundice biasanya disebabkan oleh salah satu dari 4 hal dibawah ini:
- Physiologic Jaundice, atau sakit kuning yang umumnya memang dialami oleh banyak sekali BBL (lebih dari 50%), termasuk BBL prematur dan BBL yang ibunya menderita diabetes. Kondisi ini dimulai pada usia bayi 2-3 hari, dan biasanya berlangsung selama 1-2 minggu. Sesungguhnya penyebabnya adalah simpel, yaitu BBL mempunyai lebih banyak sel-sel darah merah yang terkandung dalam 1 ml darah dibandingkan dengan orang dewasa. Ketika sel-sel darah merah yang terdapat dalam tubuh BBL tersebut mati (suatu proses yang normal dialami oleh manusia), maka hemaglobin yang terkandung didalamnya mulai pecah. Bilirubin, yang larut dalam lemak (fat soluble), merupakan salah satu komponen pecahan hemaglobin tersebut, dan harus dibikin larut dalam air (water soluble) untuk dapat dibuang dari tubuh bayi melalui BAB-nya. Hati atau lever bayi bertugas untuk menjadikan Bilirubin larut dalam air. Normalnya, hati atau lever bayi seringkali belum matang atau dapat berfungsi secara sempurna ketika dia baru lahir, sehingga Bilirubin tersebut tidak dapat terbuang semua dari tubuh bayi. Kuning seperti ini adalah normal, dan sering sekali dijumpai pada BBL. Sebenarnya penangannya hanya 1, yaitu HARUS SERING MINUM ASI, minimal 8-12 kali dalam 24 jam untuk membantu pembuangan Bilirubin melalui BAB bayi. Kolostrum, yaitu ASI yang pertama kali keluar setelah persalinan dan memang jumlahnya sangat sedikit sehingga harus sering-sering diberikan, mengandung zat laksatif, sehingga bayi cenderung lebih sering BAB dan Bilirubin yang terdapat dalam BAB-nya dapat dikeluarkan.
- Pathologic Jaundice, seperti Blood Group Incompatibility yaitu sakit kuning yang disebabkan oleh ketidakcocokan rhesus (Rh) atau golongan darah antara ibu dan bayi. Dalam kondisi seperti ini, jumlah sel-sel darah merah yang mati melebihi jumlah rata-rata, sehingga mengakibatkan terbentuknya lebih banyak lagi Bilirubin — atau dalam hal ketidakcocokan golongan darah, kandangkala golongan darah ibu yang berbeda dapat membentuk antibodi yang justru bersifat menghancurkan sel-sel darah merah BBL. Sekarang ini, jarang sekali ditemukan kasus Rh incompatability (yang biasanya juga disertai oleh permasalahan seputar metabolisme bayi, gagal jantung dan anemia), yang mungkin lebih sering adalah kasus ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan bayi. Beberapa penyebab Pathologic Jaundice lainnya adalah: (a) gangguan metabolik seperti galaktosemia, (b) gangguan medis seperti kekurangan glukosa-6-fosfat, (c) kelenjar tiroid yang kurang aktif, (d) infeksi saluran kencing, dan (e) gangguan fungsi lever. Selain dilakukan penanganan dan pengobatan penyakit yang menyebabkan jenis jaundice tersebut (bila diperlukan), BBL juga HARUS LEBIH SERING MINUM ASI sehingga Bilirubin dapat terbuang melalui BAB-nya.
- Breastfeeding Jaundice, disebabkan ketika Bilirubin yang telah laut dalam air (water soluble) masuk ke dalam usus untuk dibuang melalui BAB, ternyata ada sebagian yang akan terserap kembali oleh tubuh setelah oleh dinding usus diubah lagi komposisinya menjadi larut dalam lemak (fat soluble). Semakin banyak BAB yang berhasil mengeluarkan Bilirubin, maka akan semakin sedikit yang terserap kembali oleh tubuh bayi. Oleh karena itu, PENTING SEKALI bagi BBL untuk MINUM ASI dalam bentuk KOLOSTRUM yang banyak mengandung zat laksatif sehingga Bilirubin dapat dikeluarkan secara maksimal sehingga sedikit sekali yang akan terserap kembali ke dalam tubuhnya. Bayi yang TIDAK SERING MINUM ASI dapat mengalami gejala ini, maka penting sekali untuk sering-sering menyusui BBL (minimal 8-12x dalam 24 jam), dan memastikan bahwa BAYI MINUM ASI dan tidak hanya ngempeng pada puting/payudara ibu. Makanya disebut Breastfeeding Jaundice, karena umumnya disebabkan oleh KURANG MINUM ASI.
- Conjugated Hyperbilirubinemia, kalau ketiga kondisi diatas adalah yang “normal” atau “biasa” dijumpai pada BBL, maka yang ini adalah “tidak normal” dan seringkali mempunyai resiko yang serius. Penyebabnya adalah bayi lahir dengan kondisi hati atau lever yang rusak, atau saluran yang menghubungkan lever dengan usus bayi tersumbat, sehingga Bilirubin yang telah larut dalam air (water soluble) tidak dapat masuk ke dalam usus dan akan masuk kembali ke dalam darah bayi. Salah satu gejalanya adalah warna BAK bayi kecoklat-coklatan, tidak bening seperti BAK bayi yang minum ASI dengan baik. Hal ini disebabkan karena Bilirubin yang sudah larut dalam air (water soluble) tidak dapat terbuang melalui BAB, tetapi justru melalui BAK. Bayi dengan tingkat Conjugated Bilirubin yang sangat tinggi perlu segera diteliti penyebabnya, apalagi jika disertai gejala BAK berwarna kecoklatan. Penanganan secara tepat dapat dilakukan apabila sudah ditangani sejak awal. Kondisi ini juga TIDAK MENGHALANGI bayi untuk diberikan dan minum ASI.
Seperti bisa anda baca sendiri, untuk kasus (1) sampai (3), hubungan antara sakit kuning dengan ASI hanya 1: BBL sedikit minum ASI atau bahkan tidak minum ASI sama sekali justru memperparah kondisi sakit kuning-nya.
Mengapa BBL sampai sedikit minum ASI atau bahkan tidak minum ASI sama sekali?
- BBL sudah diberikan asupan prelaktal, yaitu cairan/makanan lainnya (susu formula, air gula) sebelum mulai menyusu;
- BBL tidak diberikan kesempatan untuk meyusu dengan sering, minimal 8-12x dalam 24 jam; dan
- BBL sering menyusu tetapi TIDAK MINUM ASI alias HANYA NGEMPENG saja pada puting/payudara ibu. Hal ini disebabkan karena posisi badan bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara ibu belum tepat, sehingga bayi mengalami kesulitan untuk mengeluarkan ASI/KOLOSTRUM dari payudara ibu.
Jadi, dalam hal ini, justru TIDAK PERLU untuk berhenti menyusui dan minum ASI untuk mengetahui apakah kuningnya disebabkan oleh ASI, karena setelah kita baca, kuningnya justru akan menjadi semakin parah apabila KURANG MINUM ASI.
Yang terakhir sering disebut-sebut adalah: Breastmilk Jaundice. Kondisi ini biasanya timbul setelah bayi berusia sekitar 1 minggu dan memuncak pada hari ke-10 sampai ke-21, namun dapat berlangsung selama 2-3 bulan. Selama kurun waktu tersebut, walaupun bayi banyak minum ASI, pertambahan BB-nya bagus, BAB sering, BAK berwarna bening, bayi sehat, aktif, lincah dan responsif, namun Bilirubin-nya tetap tinggi dan bayi tetap kelihatan kuning. Belum diketahui secara pasti apa yang menyebaban kondisi ini, namun kalangan medis mencurigai bahwa Beta Glucuronidase, suatu zat yang terdapat dalam ASI mengurangi kemampuan lever bayi untuk mengatasi kadar Bilirubin dalam tubuhnya. Breastmilk Jaundice adalah normal. Tidak perlu untuk berhenti menyusui dalam rangka melakukan “diagnosa” atas kondisi ini. Apabila bayi dalam kondisi sehat seperti disebutkan diatas, maka tidak ada alasan untuk berhenti menyusui dan memberikan ASI.
Konsultasikan dengan DSA bayi mengenai kondisi kuning-nya, masuk ke golongan manakah? Pastikan bahwa CARA MENYUSUI SUDAH TEPAT dan BAYI MINUM ASI sesering mungkin.
diterjemahkan secara bebas dari: www.drgreene.com, dan “The Ultimate Breastfeeding Book of Answers“, Jack Newman, MD and Teresa Pitman, Three Rivers Press, 2006.
Artikel ini boleh diambil dan disebarluaskan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari AIMI, dengan syarat bahwa TIDAK digunakan dalam rangka pelanggaran Kode Etik WHO mengenai makanan-makanan pengganti ASI.