Rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa saya ucapkan berulang kali jika saya ingat perjalanan saya menjadi ibu dari 2 anak saya, Miura Anniesha (4 tahun 2 bulan) dan Micha Nara Satya (1 tahun 9 bulan).
Ketika kehamilan saya yang pertama, saya belum paham mengenai ASI, saya hanya tahu bahwa ASI adalah yang terbaik untuk anak saya. Namun pada saat itu saya hanya pasrah (lihat nanti deh bisa kasih ASI atau tidak) karena riwayat di keluarga saya yang menyusui sedikit sekali, itu pun hanya beberapa minggu atau beberapa bulan saja.
Ketika hamil Miura, saya tidak mencari informasi mengenai ASI, karena ketidaktahuan saya akan pentingnya mempelajari ASI sebelum kelahiran anak saya tsb. Pada saat itu yang sibuk saya persiapkan adalah mencari nama untuk anak saya, mencari tahu bagaimana merawat bayi, mencari tahu makanan apa saja yang sebaiknya saya konsumsi selama hamil, dll.
Sampai pada saatnya melahirkan, saya pun tidak melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) juga tidak rawat gabung. Namun ‘insting’ saya sebagai ibu pada saat itu sudah ‘jalan’. Setelah saya melahirkan dan langsung dipisah dengan anak saya, beberapa saat kemudian saya dipindahkan ke kamar perawatan, saya langsung menanyakan kapan anak saya akan diberikan kepada saya. Pihak Rumah Sakit pada saat itu hanya menjawab ‘nanti bu, ibu istirahat saja dulu.’ Namun tentu saja saya tidak bisa istirahat, yang saya pikirkan saat itu adalah ingin lekas bertemu dan bersama kembali dengan anak saya yang saya kandung selama 39 minggu. Dan saya pun tidak bisa tidur. Sungguh tidak nyaman sekali rasanya, sakit dan letih sehabis melahirkan dan dipisahkan pula dengan anak saya.
Saya melahirkan Miura pukul 23.50 WIB dan anak saya baru diberikan kepada saya keesokan harinya pada pukul 09.15 WIB dan dalam keadaan sedang tidur. Pada saat itu saya merasa sangat canggung dan bingung dengan anak saya sendiri, namun saya tetap mencoba menyusuinya. Proses menyusui Miura pada saat itu berlangsung cukup menantang, karena dipisahkan cukup lama dengan saya yang menyebabkan Miura kembali harus belajar lagi menyusu lagi kepada saya. Saya pun harus belajar kembali menyusui anak saya. Pada saat itu saya pun dibantu oleh suster-suster di rumah sakit untuk dipijat payudaranya, karena pada saat itu saya merasa ASI saya belum keluar. Sehingga waktu keluar dari Rumah Sakit, saya pun bertanya kepada suster di Rumah Sakit itu, sebaiknya anak saya diberikan susu formula apa, dan suster pun memberikan nama merk salah satu susu formula. Saya pun langsung beli susu tsb.
Sambil terus tetap terus menyusui Miura, karena menurut orang-orang di sekitar saya, ASI saya sedikit, maka saya pun memberikan susu formula kepada Miura pada hari pertama saya pulang kembali ke rumah. Alhamdulillah setelah hari kedua di rumah, ASI matang saya pun keluar, sehingga ASI saya mulai terasa banyak dan saya menjadi lebih percaya diri untuk hanya memberikan ASI saja kepada Miura. Sebenarnya sejak awal, saya cukup percaya diri untuk hanya memberikan ASI saja kepada Miura, namun karena ketidaktahuan dan kurangnya dukungan lingkungan sehingga akhirnya saya pun ragu.
Tidak beberapa lama setelah itu saya mengetahui informasi mengenai seminar ASI oleh dr Utami Roesli, dan saya pun mengikuti seminar tsb, dari situ saya langsung jatuh cinta kepada ilmu ASI ini dan bertekad untuk membantu ibu-ibu yang seperti saya, yang kurang informasi mengenai ASI, yang kurang paham mengenai ASI, dll. Dan akhirnya saya bertemu dengan teman-teman di milis asiforbaby, kemudian ikut mendirikan AIMI.
Miura menyusu kepada saya hingga usia 2 tahun 4 bulan, dan Alhamdulillah saya berhasil menyapihnya dengan cinta. Walaupun pada saat itu kebetulan juga saya telah mengandung anak saya yang kedua, yaitu Micha Nara Satya.
Berbeda dengan Miura, sewaktu Micha lahir, saya sudah lebih percaya diri untuk menyusui Micha. Saya pun melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) dan saya rawat gabung dengan Micha. Karena saya sudah cukup dibekali ilmu mengenai ASI dan saya pun sudah cukup percaya diri, Alhamdulillah proses menyusui Micha sangatlah penuh makna dan rasa syukur. Saat ini saya masih menyusui Micha, dan masih ingin terus menyusuinya dan belum tahu sampai kapan, biarlah nanti Micha dan saya yang memutuskan kapan kami akan mengakhirinya.
Berikut ini saya akan berbagi tips-tips agar proses menyusui berhasil:
- Persiapkan payudara (menggunakan nursing bra)
- Pelajari ASI dan tatalaksana pemberian asi (buku, seminar, konseling, dll)
- Ciptakanlah lingkungan yang mendukung ASI (keluarga, dokter kandungan, dokter anak, tenaga kesehatan, dll)
- Carilah Rumah Sakit yang sayang bayi
- Percayalah bahwa asi Ibu selalu cukup untuk anak ibu.
- Komitmen. Bulatkan niat untuk memberikan yang terbaik untuk anak kita (ASI)
Menurut saya, menyusui kedua anak saya adalah anugerah terindah dari Tuhan yang sangat luar biasa. Saya sangat bersyukur diberikan kesempatan menyusui sampai saat ini oleh Tuhan. Semoga saya dapat selalu bersyukur dan terus memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya, salah satunya dengan menyusui.