Seperti ditulis oleh Sari Kailaku, Konselor Menyusui dan Ketua Divisi Riset AIMI Pusat, di The Urban Mama.
Penggunaan dot sebagai alat bantu bayi minum susu merupakan hal yang sangat lazim. Baik ibu yang menyusui maupun memberikan formula, umumnya memilih dot sebagai media pemberian ASI perah atau formula.
Sejalan dengan semakin tingginya kesadaran ibu untuk tetap memberi ASI walau harus kembali bekerja, penggunaan dot pada bayi yang menyusu pada ibunya juga menjadi semakin sering dijumpai. Namun, meski telah mempersiapkan stok ASI perah sejak awal, seringkali ibu bekerja tetap kesulitan untuk bisa menyusui bayinya hingga minimal 2 tahun.
Masalah yang paling sering terjadi adalah setelah beberapa lama kembali bekerja dan bayi menggunakan dot, produksi ASI atau hasil memerah ASI terus menurun dan tidak sedikit bayi mulai menolak payudara. Kondisi ini disebut gejala bingung puting. Banyak yang menganggap bingung puting sebagai mitos belaka karena ada bayi bayi yang walau sudah kenal dot tetap mau menyusu pada ibunya. Padahal jika diamati lebih lanjut, sebenarnya bayinya sudah menunjukkan gejala awal bingung puting.
Tanda-tanda Bingung Puting
Banyak yang menganggap bingung puting diakibatkan karena bayi tidak lagi bisa membedakan antara dot dan puting ibu. Menurut pakar laktasi asal Kanada, dr. Jack Newman, FRCPC, sebenarnya bayi bukan “bingung”. Bayi tahu apa yang diinginkan, tapi ketika bayi yang mendapat aliran yang lambat dari payudara kemudian mendapat aliran yang lebih cepat dari dot, dia akan memilih mana yang lebih disukainya.
Bingung puting tidak selalu ditandai dengan penolakan payudara. Bayi yang sudah “lupa” atau “bingung” bisa saja tetap mau menempelkan mulut pada payudara ibu, namun pola hisapannya sudah berubah dan dia tidak lagi dapat mengeluarkan ASI secara optimal atau tidak menyusu dengan baik. Akibatnya, produksi ASI ibu menurun. Hal ini tidak jarang ditemui, yaitu ibu merasakan penurunan produksi ASI sebelum menyadari gejala bingung puting pada bayinya. Berikut ini adalah tanda-tanda bingung puting (Sumber: La Leche League International):
Jika Anda menemui tanda-tanda di atas, sebaiknya segera hentikan penggunaan dot. Perbanyak kontak kulit dan interaksi dengan bayi, seperti tidur dan mandi bersama bayi untuk meningkatkan bonding dengan bayi agar ia mau kembali “belajar” menyusu. Jika bayi terlanjur mengalami bingung puting dengan penolakan total terhadap payudara, maka harus dilakukan relaktasi untuk mengembalikan bayi menyusu ke payudara dan menstimulasi peningkatan produksi ASI. Kunci utama relaktasi adalah tekad kuat, kesabaran, serta dukungan keluarga. Mintalah pendampingan konselor laktasi. Untuk mencegah penyapihan dini, bingung puting dan resiko lain dari penggunaan dot, ibu dapat beralih ke media seperti gelas kecil, sendok atau pipet untuk memberikan ASI perah.
Risiko Lain Penggunaan Dot
Ternyata banyak resiko dot lainnya yang perlu orangtua ketahui sebelum memutuskan memberikan minum bayi menggunakan dot. Berikut beberapa resiko penggunaan dot selain bingung puting dan penyapihan dini:
1. Gangguan pertumbuhan rongga mulut, rahang, dan gigi geligi (maloklusi)
2. Kelainan dan hambatan kemampuan wicara
Penggunaan dot dapat menyebabkan lidah mendorong (tongue thrusting). Lidah akan selalu dalam kondisi datar dan otot-otot lidah berkembang dalam bentuk diam. Ketika anak berbicara, lidahnya maju sehingga menyebabkan kelainan wicara yang disebut ”lisping” yaitu ketidakmampuan mengucapkan huruf dengan bunyi berdesis seperti s atau z.4
3. Risiko infeksi
Penggunaan dot memicu kejadian infeksi pada bayi seperti otitis media, thrush atau sariawan, diare dan infeksi saluran nafas karena transmisi mikroorganisme patogen.5
Referensi:
Terdapat pada kategori Informasi pada 25 Oct 2016