Seperti ditulis oleh Rahmat Hidayat, Konselor Menyusui dan Anggota Divisi Riset AIMI Pusat, di Mommiesdaily.
Hai para Ayah, bayi prematur juga membutuhkan kehadiran kalian :).
Anak pertama kami, Keenan, lahir prematur di usia 32 minggu. Singkat cerita, proses IMD hanya berjalan sekitar 15 menit. Meskipun Dokter Spesialis Anak khawatir si bayi kedinginan, namun, dalam 15 menit itu, ibu merasakan sentuhan kulit dengan bayi, merasakan ada hisapan ringan dari mulut mungilnya.
|
12 hari yang menentukan!
Setelah beristirahat kira-kira enam jam, tibalah saatnya kami untuk pertama kalinya menyusui Baby Keenan. Inilah momen yang kami nanti-nantikan. Kami berdua turun menuju Ruang Perinatologi. Kami terkesima melihat Baby Keenan meski ia dipasang infus dan alat monitor jantung.
Ini pengalaman pertama bagi kami untuk menyusui. Kalau teori, lumayanlah, soalnya udah ikut kelas EdukASI-nya AIMI. Awalnya, tetap kami harus meraba-raba, suster juga mengajarkan. Baby Keenan sudah di lengan bundanya, bersiap melakukan pelekatan, 5 menit…10 menit…15 menit pun berlalu. Hampir tidak ada ASI yang keluar, kalaupun ada, hanya merembes saja dari satu titik di puting. Mulut Baby Keenan pun hanya menempel, dia tidak menghisap.
Agak sedih.
Tapi kami paham bahwa mengeluarkan ASI adalah sebuah proses.
“Bu,nggak usah khawatir kalo ASI-nya masih sedikit, yang penting dirangsang terus putingnya. Setiap 3 jam sekali keluar atau tidak, payudara ibu harus dirangsang, baik oleh si bayi ataupun di pompa”, ungkap si Dokter. Kami berdua paham, tapi tetep aja sedih.
Setiap 3 jam sekali kami menyusui Baby Keenan, sedihnya, ASI yang ada sangat sangat sangat sedikit. Saya selalu mendampingi istri, sekadar memberi dukungan, tujuan cuma satu, istri nggak boleh stress. Satu hal yang ngebikin proses keluarnya ASI agak terhambat adalah pikiran negatif.
Menyusui adalah sebuah proses. Proses itu membutuhkan waktu untuk mencapai hasil yang maksimal. Jangan juga punya harapan melihat ASI yang dipompa bisa langsung sebotol. Produksi ASI berkembang sesuai kebutuhan bayi, dan kebutuhan ASI untuk bayi baru lahir hanya sedikit. Bayangkan, lambungnya hanya sebesar kelereng.
Hari kedua kondisinya hampir sama. ASI yang keluar hanya berupa cipratan, infus pun masih terpasang. Dokter juga bilang bahwa dia akan melepas infusnya jika ASI si ibu udah bisa keluar dan mencukupi buat si bayi. Dokter khawatir karena lubang di kulit tempat jarum infus bisa menjadi pintu masuk bakteri. Itu kenapa dia nggak mau lama-lama si bayi di infus. Dokter menyarankan vitamin ASI nya diganti, dan ditambah frekuensi minumnya, dokter kandungan bilang biasanya setelah hari ke-3 ASI akan keluar dengan sendirinya.
Berat badan Baby Keenan sempet naik. Tapi dokter bilang kalau itu karena pengaruh infus, jadi nggak boleh senang dulu. Buat bayi prematur kenaikan berat badan menjadi catatan penting. Itu mengapa naiknya berat badan Baby Keenan harus dikejar, idealnya memang dengan ASI.
Sudah hari ketiga Baby Keenan berada di dalam inkubator. Berat badannya turun ke angka 1,9 kg. Kami berdua mulai khawatir. Dokter dan suster memang sudah menginformasikan, bahwa umumnya pada minggu pertama berat badan bayi akan turun, dan selebihnya akan naik. Pengaruh negatif bagi psikis istri kala itu sudah saya rasakan. Saya mulai khawatir hal itu yang membuat produksi ASI terhambat. Sedihnya, pengaruh negatif itu justru datang dari orang-orang terdekat.
Keluarga memang memegang peranan penting terhadap keberhasilan seorang ibu memberikan ASI. Tapi di sisi lain, seringkali juga faktor penyebab terbesar kegagalan seorang ibu memberikan ASI.
Kami secara rutin memompa ASI setiap tiga jam sekali. Setelah sebelumnya didahului dengan menyusui Baby Keenan secara langsung. Meski Baby Keenan hanya mangap, menempelkan bibirnya ke puting, terdiam bahkan tertidur. Dokter sempet bilang kalau untuk bayi prematur memang akan lebih malas, karena harusnya dia masih didalam kandungan. Jadi daya hisapnya belum maksimal.
Saya makin khawatir. Saya minta pertimbangan dokter lagi.
“Semua alat vital yang ada di tubuh Keenan normal Pak, jantung dan paru-parunya sehat. Kondisinya memang agak menurun, apalagi berat badannya belum ada kenaikan. Concern saya adalah Adik Keenan harus naik berat badannya, dan kalau Bapak dan Ibu tidak mau menggunakan susu formula, satu-satu jalannya cuma ASI”, ungkap dokter.
Kala itu, sudah hari kelima kami meninggalkan Baby Keenan di Rumah Sakit sendirian. Pagi hari sebelum berangkat ke kantor, saya menyempatkan diri mengantar ASI. Pulang kantor mengunjungi Baby Keenan hingga tengah malam. Bagaimanapun, stok ASI untuk Baby Keenan harus mencukupi.
Istri saya makin sedih. Merasa sangat bersalah karena tidak bisa memberikan ASI dengan cukup.
Kami berdua mulai berdiskusi untuk memikirkan opsi Susu Formula. Kami pun membuat perjanjian dengan dokter. Perjanjiannya adalah bahwa Susu Formula hanya cadangan, dan ASI tetap menjadi prioritas. Jika ibunya tidak bisa memberikan stok yang cukup, maka Susu Formula baru bisa diberikan, dan setiap kali diberikan, harus dengan persetujuan kami. Dokter setuju.
Gue menandatangani surat persetujuan tindakan medis (infom concent). Kaleng Susu Formula itu pun diletakkan di samping inkubator Baby Keenan.
Sementara itu, gue share perjuangan Keenan di Twitter. Ada banyak banget dukungan dari followers-nya @aimi_asi. Tujuan gue cuma satu, biar istri tidak merasa sendiri. And it works, ada banyak sahabat AIMI memberikan dukungan, meski cuma lewat akun Twitter, tapi buat gue dan istri, itu sangat berharga.
Efeknya sangat positif, membantu psikis istri untuk tetap tenang.
Produksi ASI mulai meningkat. Perjanjian dengan dokter menjadi tantangan yang sangat positif. Kami berdua jadi ingin membuktikan bahwa kami akan memberikan ASI yang cukup bagi. Lambat tapi pasti, produksi ASI terus meningkat. Hingga mencapai 100ml.
Hingga hari ke-12, akhirnya Baby Keenan diperbolehkan pulang. Tidak ada satu tetes pun Susu Formula menetes. Dibuka dan disentuh pun tidak. Berat badan Baby Keenan naik hingga mendekati angka lahirnya semula.
Saat keluar dari rumah sakit, berat badannya sudah mencapai 2,160 kg. And he’s finally home. Happy and Healthy.
Gue yakin, di luar sana pasti ada yang lebih ekstrem lagi pengalaman menyusuinya. Buat gue pribadi, proses menyusui ini membuat gue, istri dan anak gue menjadi tim yang kompak sejak dini, kita jadi saling kenal lebih dalam.
Semua yang gratis dari Tuhan butuh energi cinta. Termasuk (dan mungkin terutama) cinta dari seorang ayah.