I got twin. How blessed I am.
Dianugrahi ‘satu paket’ bayi kembar yang cantik bagi saya merupakan doa yang menjadi kenyataan. Memiliki anak kembar adalah salah satu ‘obsesi’ saya sejak dulu. Rasanya amat sangat bahagia dan ajaib banget bisa merasakan ada dua makhluk hidup yang berkembang di dalam tubuh kita. Pihak kakek saya mempunyai banyak keturunan anak kembar, jadilah saya punya harapan besar kepada Tuhan agar bisa diberikan keturunan kembar.
Alhamdulillah doa saya didengar & dikabulkan Allah SWT. Tepat pada ulang tahun ke 29, saya ‘divonis’ dokter sedang hamil dengan dua telur alias kembar!! Waahh, speechless rasanya. Saya menjadi wanita paling beruntung di seluruh jagad raya. 9 bulan menikmati masa kehamilan, akhirnya tanggal 27 Juli 2010 saya bisa merasakan si kembar hangat dalam pelukan. Air mata bahagia menetes. Bersyukur atas semua karunia Allah SWT. Lalu saya dedikasikan kepada ibu dan mertua untuk memberikan nama buat si kembar, Amira Tsania Nazmi (2580gr) & Azkiya Aufa Khateen (2200gr). Selamat datang, Sayaang.
Having twin is not double trouble, but twice blessed.
Ok, jadi saya memiliki satu anak usia 4 tahun, Alika, yang sedang aktif-aktifnya, dan bayi kembar perempuan yang selalu membuat suasana tambah heboh dan seru hohoho. Ini bukan teori atau mitos loh, tapi saya mengalami sendiri punya anak kembar itu nangisnya bareng, BABnya bareng, bangun tidurnya bareng, saat tidur pun bergerak ke arah yg sama juga bareng. BBA deh (bener-bener ajaib). Untungnya saya memiliki ‘partner hidup’ yang canggihnya luar biasa yaitu suami. Kalau dulu mengurus anak pertama kami bisa bekerja sama dengan baik, kenapa sekarang tidak?
Karena terbiasa olahraga (saya pencinta alam yg hobi naik gunung loh), hasilnya fisik saya tetap sehat selama mengurus si kembar, walau sesekali terkena flu. Jadi saat punya anak kembar yang hampir tiap jam menyusui dan terjaga semalaman – seharian pun, saya tetap dengan menikmati ‘bermain-main’ bersama. Dan kalau ditengah malam si kakak akhirnya terbangun ikutan main, saya tetap tersenyum walau sambil merem melek ngantuk maksudnya. Alhamdulillah saya gak pernah mengeluh kecapean. Selalu takjub dan terharu melihat ada dua bayi sekaligus dalam dekapan saya. Bahkan saat Alika, Amira + Azkiya jejeritan tengah malam, saya malah merasa lucu melihatnya dan akhirnya ikutan jerit-jerit/main-main juga. Ga bisa di jelaskan dengan kata-kata gimana bahagianya.
Peran suami terasa sangat besar terutama di saat-saat begadang tersebut. Sering terjadi saat begadang saya kelaparan. Biasanya dengan sangat pengertian, suami akan membuatkan saya kentang atau nasi goreng. Atau bergantian menjaga si kembar sementara saya tidur sebentar.
Suami saya jago memandikan si kembar loh. Ganti popok gak ada masalah. Gendong pake kain pun bisa. Ada perkataannya yang sampai sekarang membuat saya selalu bersyukur, ”Bun, cuma dua hal yang gak bisa aku lakuin, yaitu hamil dan melahirkan. Tapi selain itu, gak ada yang bisa menghalangi aku untuk menunjukkan rasa sayang terhadap bunbun. Maafin bapak ya cuma bisa bantuin bunbun sebisanya. Mudah2an bunbun iklhas”. Hiks, terharu. Pokoknya suamiku hebat deh, Insya Allah.
Selain itu semua anggota keluarga juga sangat membantu dengan baik dalam merawat. Memang sih kadang-kadang orang tua panik kalau si kembar rewel, nangis bareng gak bisa diam. Bingung takut ada apa-apa sama si kembar. Tapi untungnya saya gak ikut-ikutan panik. Biasanya saya lebih banyak diam, menahan diri untuk tidak bersikap responsif walau sulit. Kalau gak bisa menahan emosi, saya lebih memilih menangis pelan-pelan. Sambil nangis, sambil peluk si kembar. Waahh, obat paling mujarab menyembuhkan segala macam penyakit hati. Jadi gak ada alasan buat saya merasa stress punya anak kembar. Apalagi ‘baby blues’, Alhamdulillah gak ngalamin. Kalau saya merasa bosan di rumah terus, dengan senang hati suami membawa saya dan semua anak-anak sekedar jalan-jalan ke mall.
Bunda bekerja, memberikan ASIX buat si kembar? Pasti bisa!
Seheboh dan serepot apapun mengurus anak kembar saya selalu yakin bahwa Tuhan sudah menseleksi, mengukur kemampuan umat-Nya dan kemudian memilih saya untuk dititipi anak kembar. Jadi saya selalu yakin semua masalah PASTI ada jalan keluarnya.
Tetap menjadi seorang wanita karier adalah pilihan saya, dengan resikonya yang harus saya tanggung. Dibalik kebahagiaan pasti selalu Tuhan selipkan ujian kepada umatnya semata-mata untuk mengukur kesabaran umat-Nya. Buat saya bekerja tidak menjadi halangan ataupun alasan untuk tidak memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya. Selain IMD, sukses ASI eksklusif untuk si kembar menjadi prioritas utama setelah melahirkan.
Ini bukan kali pertama saya menyusui. Waktu anak pertama dulu, Alika (4 tahun), Alhamdulillah saya bisa menyusui sampai usia 2,5thn. Saya pikir kalau dulu bisa, kenapa sekarang tidak. Berharap bisa berhasil seperti kakaknya, saya dengan optimis mempersiapkan segala sesuatunya. Membekali diri saya dengan informasi yang berhubungan dengan anak kembar, konsultasi dan berbagi pengalaman dengan teman yang memiliki anak kembar, menjaga kondisi tubuh agar selalu sehat dan mengkonsumsi hanya makanan bergizi, selalu berusaha berpikir positif –jangan stress- serta menyiapkan mental untuk menghadapi ‘medan perang’.
Sayangnya semua teman yang memiliki anak kembar tidak berhasil memberikan ASI eksklusif kepada anak-anaknya. Padahal mereka tidak bekerja. Lalu bagaimana dengan saya yang bekerja? Saya mulai gak pede. Permasalahan lain timbul ketika kami kesulitan mencari babysitter untuk si kembar. Karena gaji babysitter yang tinggi, kami memutuskan untuk mencari satu babysitter dengan dibantu PRT. Tapi ternyata hampir semua yayasan memiliki kebijakan yang sama, satu bayi di urus satu babysitter. Huhuhu mahal banget. Setelah mencari sana sini, akhirnya dapat rekomendasi yayasan yang bagus, yang bersedia mengurus anak kembar dengan hanya dibantu PRT. Dan bersyukur sampai saat ini babysitter saya terbukti sayang sama si kembar, bisa diandalkan dan bekerjasama baik dengan PRT saya. Alhamdulillah, satu masalah terlewati.
Rasanya waktu berjalan sangat cepat, gak sadar hampir sebulan lagi saya harus kembali bekerja. Dan saya masih belum dapat jawaban berapa kira-kira kebutuhan ASI perah (ASIP) bayi kembar selama ditinggal bekerja. Masalah lain timbul ketika si kembar saya coba kasih ASI perah dengan dot, gelas kecil ataupun sendok selalu menolak. Bagaimana ini?
Ok, permasalahan yang sama juga timbul saat dulu anak pertama. Jadi kurang lebih saya sudah punya gambaran solusinya. Dan dengan terpaksa saya pisah kamar selama dicoba kasih ASIP dan membiarkan anak saya menangis. Hiks hiks, ngilu dan sakit dengernya. (Saya sering nangis diam-diam loh demi ga keliatan sama orangtua). Tapi harus dijalanin supaya nanti saat ditinggal bekerja mereka terbiasa. Alhamdulillah, si kembar Azkiya akhirnya mau minum ASIP. Jadi tinggal si kembar Amira yang saat itu belum berhasil mau minum ASIP. Perjuangan masih panjang, jreng jreng jreng jreng..!!!
Manajemen ASIP
Secara teori ada yang mengatakan kebutuhan ASIP bayi per hari berdasarkan BB x 100ml. Jadi kalau BB bayi 5 kg, dibutuhkan 500 ml ASIP per harinya. Dan teori tersebut terbantahkan saat saya coba memberikan Azkiya ASIP. Dalam waktu setengah hari (pagi – siang) saja stok ASIP saya sudah habis 6 botol @120 ml. Artinya sekitar 700ml habis dalam waktu beberapa jam dan oleh satu bayi saja. Langsung panik dan mulai stress. Tarik nafas dalam-dalam dan berpikir jernih lagi. Saat itu masih ada waktu sekitar 3 minggu untuk perbanyak stok ASIP. Bismillah.
Alhamdulillah, saya dikasih ASI yang cukup berlimpah oleh Tuhan. Ga ada makanan khusus perbanyak ASI ko. Cuma saya sudah komitmen pada diri sendiri aja demi anak, saya makan yang bergizi dan sehat. Susu kaya kalsium yang saya suka aja, gak harus susu untuk ibu menyusui. Saya juga gak konsumsi vitamin apa-apa. Pokoknya makan apa aja, alhamdulillah diganti menjadi ASI. Dan pastinya harus selalu berpikir postif. Kalau ada masalah cuek aja, jangan terlalu kepikiran apalagi sampai stress karena pasti sangat berpengaruh ke produksi ASI.
Untuk stok ASIP biasanya saya lakukan sebelum menyusui si kembar. Karena saya lebih sering menyusui tandem, jadi sepertinya gak ada kesempatan memerah ASI kalau dilakukan setelah menyusui dan dibiasakan minum air hangat satu gelas penuh setelah menyusui. Kira-kira 2 minggu sebelum mulai bekerja saya sudah mulai stok ASIP. Peralatan ‘tempur’ juga sudah siap. Karena saya ‘pejuang ASI tangan sakti’ yang memerah ASI hanya dengan menggunakan tangan, jadi gak perlu beli pompa. Beberapa botol kaca, bantal menyusui, botol susu, dan cooler bag. Untuk simpan ASIP saya hanya memakai kulkas kecil, yang setiap harinya selalu ada maksimal 35 botol ASIP @120-150 ml untuk stok (kulkasnya gak cukup untuk menyimpan lebih dari 35 botol). Kulkas yang besar gak memungkinkan untuk menyimpan ASIP. Selain itu juga rotasi keluar-masuk ASIP saya sangat besar dan gak pernah ASIP bertahan lama di kulkas, jadi gak perlu beli freezer khusus ASIP.
Hari pertama masuk kerja saya pergi dengan memikul beban berat di hati. Selain gak tega ninggalin anak, ternyata si kembar Amira masih ga mau minum ASIP menggunakan media apapun. Bingung dan gelisah tingkat tinggi waktu itu. Kepikiran nanti gimana kalau Amira kelaperan, kecapean nangis, dll. Untungnya mama, suami, babysitter dan semua anggota keluarga menenangkan saya dan meyakinkan Insya Allah pasti mau.
Untuk kesekian kalinya saya percaya Tuhan bekerja dengan cara misterius. Entah gimana caranya Amira langsung mau minum ASIP. Gak pake nangis, gak pake nolak tinggal glek glek glek trus tidur. ALHAMDULILLAH, terlewati lagi satu masalah. Bunda senang, hati riang, kerja pun tenang.
Lagi-lagi saya dapat ‘shock therapy’ sepulang kerja hari pertama. Ternyata eh ternyata selama ditinggal kerja dari jam 8 pagi – 6 sore si kembar menghabiskan ASIP sebanyak 1300-an ml. Dan berdasarkan laporan dari babysitter, si kembar kalau gak ditidurin bisa minum ASIP setiap 1 jam sekali hampir pingsan Beruntung ASI saya cukup. Pernah loh dalam sehari saya menghasilkan 1000-an ml ASIP. Gak percaya juga. Saya termasuk tipe orang ‘easy going’, gak takut memikirkan kalau-kalau ASI saya gak cukup untuk si kembar. Dan teratur perah ASI harus menjadi komitmen yg kuat dalam diri sendiri.
Ini kira-kira gambaran jadwal perah ASI saya waktu target memberikan ASI eksklusif 6 bulan pertama:
- Jam dua dinihari
- Sekitar jam 4 atau jam 5 subuh
- Jam 7 pagi, lalu sebelum berangkat kerja menyusui si kembar sampai payudara terasa kosong
- Jam 10 pagi (di kantor)
- Jam 1 siang (setelah makan siang)
- Jam 3 sore. Diselingi shalat Ashar lalu lanjut lagi (biasanya payudara sedang terasa penuh banget jam segini)
- 1 kali memerah selama perjalanan pulang
- Jam 8 malam
- Jam 11 malam
Dengan ‘pendapatan’ ASIP yang lebih sedikit dibandingkan yang diminum si kembar, adakalanya saya ‘kejar-kejaran’ stok ASIP. Setelah dihitung-hitung, harus selalu tersedia MINIMAL stok ASIP sebanyak 3000 ml per hari. Pernah terpaksa saya harus ijin gak masuk kerja demi memenuhi stok ASIP yang berkurang. Pernah juga produksi ASI sedikit karena sakit. Yang membuat saya senang, di kantor banyak yang sama-sama menjadi pejuang ASI. Jadi kalau waktunya memerah, nursing room pasti rame dan seru, sambil ngomongin anak-anak. Kadang-kadang kami iseng ‘balapan’ perah ASI. Siapa yang selalu menjadi pemenang? Akuuu. Selalu lebih cepat peras dan lebih banyak. Hihihi.
Oiya, ada tips lucu agar rutinitas pemberian ASIP tidak membosankan. Biasanya suami ‘mendominasi’ pemberian label pada stok ASIP. Selain diberi tanggal perah, volume ASIP juga ditambahi judul yang lucu-lucu. Misalnya ‘obat cantik, obat sabar, obat keren kaya bapak, obat mirip bapak, dll’. Dan hasilnya? Tetep si kembar miripnya sama bunda, bukan sm bapaknya 🙂
I really enjoy breastfeeding my twins. Alhamdulillah si kembar Amira-Azkiya bisa melewati journey of ASI eksklusif-nya, sedikit tersendat tapi berhasil melewati semua rintangan. Dan bersyukur sampai saat ini masih diberikan ASI (dan MPASI) tanpa dicampur sufor. Lebih bersyukur lagi saya bisa mendonorkan ASIP saya kepada bayi lain yang membutuhkan. Subhanallah, Alhamdulillah wa Syukurillah. Atas ijin dan semua karunia dari-Mu Ya Allah saya bisa menjalankan tugas sebagai ibu yang selalu berusaha menjadi lebih baik dari kemarin. Semoga tiap tetes ASI yang berharga bisa menghantarkan anak-anakku menjadi manusia yang cantik, shalihah, baik & bermanfaat bagi sesama. Amin.