YANG ORANGTUA PERLU KETAHUI TENTANG COVID19
Hai Moms,
Sudah sebulan berlalu sejak dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021, tentu hal ini merupakan langkah yang tepat mengingat angka positif Covid-19 pada anak cukup tinggi. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) sempat menunjukkan data bahwa hingga bulan Mei terdapat 3.324 anak berstatus ODP dimana 129 di antaranya meninggal dunia. Angka positif Covid-19 pada anak pun mencapai 7,9% dari keseluruhan pasien pada awal Juni. Angka ini jauh lebih tinggi dari Amerika Serikat yang hanya 1,7 %. Angka kematian anak positif Covid-19 di Indonesia pun mencapai 28 dari 1.882 anak, sementara di AS sebanyak 9 dari 15 ribu anak.
Tingginya angka tersebut, menurut dr. Yulianto Santoso Kurniawan, Sp.A bisa jadi disebabkan oleh masih sedikitnya tes Covid-19 yang dilakukan pada anak. Begitu juga dengan jumlah kematian.
Oleh karena itu, para orangtua di Indonesia harus lebih waspada dalam menjaga anak-anak mereka dari infeksi virus corona. Jangan sampai penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) membuat kita sebagai orangtua lengah dan membiarkan anak kembali beraktivitas tanpa menerapkan protokol kesehatan (jaga jarak, cuci tangan dengan sabun, memakai masker untuk anak usia 2 tahun ke atas).
TIPS DAMPINGI ANAK BELAJAR DI RUMAH
Semenjak pemerintah memutuskan untuk meliburkan sekolah akibat pandemi COVID-19, siapa saja di sini yang sempat merasa kewalahan mendampingi anak SFH sementara pekerjaan di kantor dan di rumah tidak ada yang berkurang–bahkan malah bertambah? Belum lagi orangtua sudah tidak boleh lagi gaptek karena kita dituntut untuk beradaptasi dalam menggunakan sejumlah aplikasi pembelajaran jarak jauh (PJJ). Mudah emosi dan frustrasi tentu dialami para ibu karena lebih banyak direpotkan dengan urusan ajar mengajar ini, termasuk komunikasi dengan sekolah tentang tugas belajar. Kecuali, anak sudah remaja dan bisa mandiri dengan tugas sekolahnya.
Lalu bagaimana dengan para ayah? Menurut survei yang dilakukan oleh SKATA terhadap 103 responden yang memiliki anak usia sekolah menunjukkan bahwa sebanyak 40,8% istri tidak berbagi tugas mendampingi anak belajar dengan suami. Alasannya beragam, yaitu tinggal beda kota, suami tidak WFH, beban pekerjaan suami tinggi, atau istri memang bertugas untuk mengajari anak.
Ini berarti, lebih banyak pasangan yang melakukan pembagian tugas, yaitu sebanyak 59,2%. Jadi, keterlibatan baik suami maupun istri dalam proses belajar anak di rumah dianggap mampu menciptakan suasana belajar yang lebih kondusif serta menjaga kesehatan mental kedua orang tua.
Nah meskipun sekarang adalah periode libur dan kenaikan kelas, tapi tidak dapat dipungkiri sistem belajar online akan menjadi kebiasaan baru untuk dunia pendidikan di seluruh dunia. Yuk, simak lengkapnya di
sini
MENGENAL SCHOOL FROM HOME
“Duh, susah banget deh ngajarin anak. Kita kan bukan guru!”
Mungkin itu adalah kalimat yang kini sering terlintas di pikiran saat Moms diharuskan untuk mendampingi anak belajar di rumah. Apalagi sejak pemerintah pusat sepakat untuk memperpanjang periode belajar di rumah, semua kegiatan anak berpusat di rumah. Bekerja, sekolah, ibadah, semua dilakukan di rumah. Ayah dan ibu mendadak punya tugas baru menjadi guru di tengah pandemi, bersamaan dengan tugas utama bekerja dan mengurus anak. Tugas pun bertambah jika tidak memiliki asisten rumah tangga atau terpaksa merumahkan ART untuk sementara demi menjaga kesehatan keluarga. Terbayang, ya betapa sibuknya aktivitas orang tua sekarang. Artinya lagi, Moms harus memanjangkan sabar untuk melatih kemampuan multitasking agar tetap ‘waras’. Ya, perubahan mendadak terkait pandemi ini membuat ‘kewarasan’ banyak orang orang tua berada di ujung tanduk.
Meskipun begitu sebenarnya ada beberapa tips yang bisa dilakukan supaya Moms gak bertanduk terus:
- Membuat jadwal harian
- Atur waktu penggunaan gadget
- Lebih melek teknologi
- Koordinasi dengan guru
- Jam istirahat di sela pelajaran
- Miliki support group
Selengkapnya segera meluncur ke artikelnya ya!
AGAR ANAK TIDAK KECANDUAN GADGET
“Bu, nanggung nih mainnya belum selesai. Bentar lagi diajak mabar (main bareng) sama temen-temen pake zoom. Boleh ya, bu?” -Ali, 9 tahun.
Kelar main game, ia mulai kehabisan ide dan akhirnya duduk di sofa lalu lanjut menonton TV. Kejadian ini, berulang hampir tiap hari selama #dirumahaja. Sang Ibu yang mulai kehabisan akal untuk menyibukkan Ali pun berpikir, “ya sudahlah”. Rasanya semua aktivitas sudah dilakukan untuk membuat Ali aktif. Menggambar? Hampir setiap saat. Belajar? Kan masih ‘libur’. Olahraga luar ruang? Tiap sore dilakukan. Tapi, Ali yang sedang aktif rasanya tak pernah puas dengan aktivitas tersebut hingga ibu membiarkannya bermain game, dan nonton TV. Yang tadinya hanya boleh pada saat akhir pekan, kini sudah dilakukan tiap hari bahkan banyak waktu terbuang untuk screen time. Bagaimana ini, ya?
Dengan adanya pandemi Covid-19, sebenarnya Anda memiliki kesempatan untuk bonding dengan anak. Jadi, manfaatkan kesempatan ini dengan banyak melakukan aktivitas bersama agar anak tidak kecanduan gadget.
Selengkapnya segera meluncur ke
artikelnya ya!