Langkah Nyata Sayang Keluarga dan Orang Tua Pada Masa Pandemi Covid 19

Penulis: Pracista Dhira Prameswari, Ketua Divisi Komunikasi AIMI Pusat

“Beberapa hari ini kalau nelen sakit. Duh, ke rumah sakit atau gak ya? Itu salah satu gejala terkena virus corona kan?!”

Wajar sekali jika kekhawatiran di atas terlintas dalam benak moms sekalian di masa pandemi CoVid-19 ini saat kita atau anggota keluarga mendadak mengalami sakit tenggorokan, demam, batuk, dan pilek. Apalagi dengan diberitakannya sejumlah pasien positif yang tidak menunjukkan gejala apapun atau asimtomatik.  Menur Adhiyasasti dalam artikelnya yang dimuat oleh SKATA membahas mengenai hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk ke Rumah Sakit atau di rumah saja saat menunjukkan gejala-gejala yang diduga CoVid-19.

Berdasarkan data yang diambil dari laman @lawancovid19_id, hingga 7 Juni 2020 tercatat sebanyak 6,799,713 orang terinfeksi COVID-19 di 216 negara, dengan kasus kematian sebanyak 397,388 orang. Di Indonesia sendiri, terdapat jumlah pasien positif COVID-19 sebanyak  31,186 orang semenjak kasus pertama muncul, 10,498 pasien sembuh dan 1,851 orang meninggal dunia. Ini artinya penyebaran virus berlangsung sangat cepat dan hingga kini belum ditemukan vaksin untuk mencegahnya.

Meskipun di beberapa wilayah seperti di DKI Jakarta PSBB diperpanjang, tapi bulan Juni ini menjadi masa transisi menuju ke Tatanan Hidup Baru (New Normal). Aktivitas memang sudah perlahan-lahan beroperasi kembali, namun agar penyebaran virus tidak semakin bertambah luas, maka kita tetap harus menjaga jarak, menggunakan masker, dan mencuci tangan pakai sabun. Tapi bagaimana jika mengalami gejala infeksi meskipun sudah melakukan tindakan preventif tersebut?  Sebelum ke RS, kita dapat melakukan langkah-langkah berikut.

Selain diri sendiri dan anak, merawat orang tua yang sudah lanjut usia (lansia) juga sangat menantang karena lansia termasuk kelompok rentan CoVid-19. Di samping itu, perbedaan pola pikir dan cara hidup membuat konflik sering terjadi, apalagi jika lansia membutuhkan perawatan ekstra karena penyakit kronis. Kebingungan moms dalam memberi pemahaman yang mudah diterima lansia dijawab oleh dr. Anastasia Asylia Dinakrisma, SpPD dan dr. Ika Fitriana, SpPD (PERGEMI) melalui artikel berikut.

Sedangkan kiat menjaga lansia agar mereka tetap memiliki daya tahan tubuh yang baik antara lain adalah dengan tetap bergerak  di samping beberapa kegiatan fisik lainnya. Meskipun demikian, tentu tetap ada hal-hal yang harus diperhatikan khususnya dalam masa pandemi Covid-19.

Langkah selanjutnya adalah membekali diri dengan salah satu benda wajib di masa pandemi CoVid-19. CDC (Centers for Disease Control & Prevention/ Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS) dan WHO telah mengubah arahannya mengenai penggunaan masker, yaitu bukan hanya bagi mereka yang sakit namun juga sekarang bagi yang sehat. Dan hal ini pun juga sudah diterapkan di Indonesia semenjak 2 bulan lalu.

“Tapi kenapa harus pakai? Kan saya sehat…”

“Terus kalau udah pake emang tetep perlu jaga jarak? “

“Memangnya masker kain efektif mencegah virus masuk?”

Dan segudang pertanyaan lainnya yang dijawab melalui artikel berikut.

Perubahan arahan dari CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS) dan WHO dilakukan karena penyebaran virus terjadi melalui percikan ludah (droplet) saat batuk dan bersin. Ditambah lagi hasil riset terakhir menunjukkan bahwa orang-orang yang tidak memiliki gejala bisa saja menjadi pembawa virus (OTG/ Orang Tanpa Gejala) dan membahayakan orang lain yang tergolong rentan. Nah, mengingat sekarang masker bedah dan masker N-95 diutamakan untuk para tenaga kesehatan maka banyak yang mulai beralih ke masker kain. Syarat dan ketentuan masker kain yang baik dijelaskan dalam artikel berikut.


Lalu KAPAN masker kain harus digunakan?

1) Harus dikenakan kapanpun saat keluar rumah, bahkan saat ke warung, tukang sayur, atau apotek;

2) Bukan pengganti jaga jarak, jadi bila terpaksa keluar rumah menjaga jarak min. 1 meter tetap perlu dilakukan;

3) Dapat mencegah penyebaran penyakit ke orang lain.

Namun ternyata ada beberapa orang yang termasuk dalam kategori tidak disarankan menggunakan masker kain. Selain itu kita pun tidak boleh sembarangan memakai, melepas, dan mencuci masker kain. Pedoman ini menjelaskan mengenai bagaimana agar efektif dalam menggunakan masker kain dalam pencegahan penyebaran virus.

Terakhir, tutorial membuat masker kain memang sudah tersedia di mana-mana, tapi ada hal lain yang kadang lupa untuk dipertimbangkan, yakni material atau bahan kain yang digunakan. 

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Davies et al. 2013 yang berjudul “Testing the Efficacy of Homemade Masks: Would They Protect in an Influenza Pandemic?” terdapat beragam bahan kain yang dapat kita temukan di rumah dan dijadikan masker. Namun dari sekian banyak jenis kain, ternyata bahan lap piring yang memiliki daya tangkal paling efektif!

Semoga artikel ini membantu moms untuk menyayangi dan menjaga keluarga tetap sehat di masa pandemi CoVid-19 ya!

× Halo Available on SundayMondayTuesdayWednesdayThursdayFridaySaturday