Talk to Me! Breastfeeding – A 3D Experience

Penulis: Farahdibha Tenrilemba S.S., M.Kes (Wakil Ketua Umum AIMI)

komunikASI: Mari Bicara ASI

3D, bayangan kita ketika mendengar kata itu adalah menonton film dengan menggunakan kacamata khusus agar gambar terlihat menonjol keluar dan seperti muncul dihadapan muka kita. Sensari seru, itu yang kita dapatkan setelah menonton 3D. Yak, seseru itu juga lah tema perayaan pekan ASI sedunia tahun ini, yaitu Talk to me! Breastfeeding – a 3D Experience.

Sebut kata menyusui, pastinya yang muncul dibenak adalah ibu yang sedang menyusui bayinya. Atau, ibu yang sibuk mengontrol kehamilan lalu melahirkan kemudian menyusui dan akhirnya menyapih. Atau, ibu yang selalu membawa bayi ke fasilitas kesehatan untuk imunisasi dan cek pertumbuhan bayi. Atau, ibu yang saling berbagi pengalaman dan permasalahan menyusui. Pelakon utama dari kegiatan menyusui adalah si pasangan duet maut, ibu dan bayi.

Namun, sadarkah kita, pasangan ibu dan bayi itu memerlukan dukungan orang-orang disekitarnya untuk mencapai kesuksesan menyusui?

Ibu sudah tahu akan banyak manfaat dari ASI, untuk bayi maupun untuk dirinya. Ibu pun sudah memiliki kemauan untuk menyusui secara eksklusif dan melanjutkannya hingga dua tahun. Lalu sudah cukup kah? Sudah tahu dan mau, terkadang belum tentu mampu.

‘Belum tentu mampu’ karena seketika bayi menangis, ibu pun dinilai tidak dapat menenangkan bayi karena jumlah ASInya tidak mencukupi. ‘Belum tentu mampu’, karena si ibu tidak diperbolehkan memerah di kantor lebih dari sekedar waktu istirahat makan siang, dan karena ibu merasa canggung memerah ditempat umum. ‘Belum tentu mampu’ karena sepulangnya dari rumah sakit, si ibu diberi paket susu oleh petugas kesehatan.

Ibu dan bayi memerlukan dukungan dari seluruh pihak, mulai dari ayah dan anggota keluarga lain, rekan sekantor, lingkungan sekitar dan sarana umum, petugas kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, serta pemerintah dan kebijakan-kebijakannya, demi mencapai kesuksesan menyusui.

Diperlukan cara-cara yang menembus batas, yang lintas generasi, lintar sektor, lintas gender, lintas budaya agar dapat berbagi tentang pengalaman dan pengetahuan dan menjangkau luas!

KomunikASI. Itulah kata yang akan melengkapi serunya pengalaman 3D menyusui. Melindungi, mempromosikan, dan mendukung gerakan menyusui adalah melalui komunikASI. Saat ini, banyak sekali cara untuk mengkomunikASIkan menyusui. Cara cepat menyebar informasi menyusui melewati ambang batas waktu dan tempat. Serba mudah dengan hadirnya teknologi instant: sebut saja, mailing-list, facebook, twitter, dan blackberry messanger. Tidak bisa dipungkiri, kehadiran twitter mempermudah menyebarkan informasi tentang menyusui. Adanya BBM mempercepat pencarian solusi bagi permasalahan dan tantangan menyusui. Menjadikan komunikASI mudah.

Mari bahas satu per satu. Lintas generasi dan lintas budaya.

Saya ingat pengalaman sewaktu ke Faroe Islands, sebuah negara otonomi dari Denmark. Disana, saya dan tim diajak ke sebuah sekolah dasar untuk melihat bagaimana menyusui dan pemberian makan pada bayi diajarkan. Periode menyusui menjadi bagian terintegrasi dari siklus kehidupan (sama halnya dengan hamil, melahirkan, tumbuh dan berkembang). Menyusui menjadi bagian dari rangkaian program kesehatan yang diterapkan di sekolah tersebut. Tidak asing bagi anak-anak usia SD ini berbicara tentang pentingnya disusui dan menyusui (kelak).

Buka website resmi dari perayaan pekan ASI sedunia
http://worldbreastfeedingweek.org/, disana terlihat tidak sedikit foto yang mengabadikan kegiatan seorang fasilitator/instruktur berbagi tentang menyusui pada anak-anak usia muda. Oktober lalu pun ketika acara Global Breastfeeding Forum di Malaysia, Katherine Houng, seorang mahasiswi berbicara tentang bagaimana peran muda-mudi dalam mengkomunikASIkan menyusui. Last but not least, April kemarin, ketua umum AIMI, Mia Sutanto meluncurkan buku pertamanya bertajuk “mama, adek bayi makan apa?” yang ditujukan bagi anak-anak usia sangat dini untuk memberikan pengertian awal tentang bayi yang diberi ASI.

Lintas sektor dan lintas gender

Saya ambil salah satu contoh saja. Masih ingat SKB 3 menteri? Surat Keputusan Bersama 3 Kementerian mengenai pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja. Bahwa Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan peduli tentang para ibu yang bekerja untuk tetap memberikan ASI. SKB ini difokuskan pada 2 hal, yaitu pemberian kesempatan pada ibu bekerja untuk menyusui dan/atau memerah selama jam kerja, dan penyediaan sarana ruang atau pojok untuk memerah dan/atau menyusui. Masing-masing kementerian memiliki tugas dan tanggung jawab agar informasi menyusui terkomunikASIkan dengan baik dan tepat.

Harapannya, setiap orang, setiap sektor, setiap generasi, dan setiap budaya mengkomunikASIkan menyusui. Apapun yang terlintas dibenak anda mengenai memberikan dukungan, mempromosikan dan melindungi menyusui, lakukanlah, walaupun itu diluar batas.

Saatnya kita bicara ASI!

× Halo Available on SundayMondayTuesdayWednesdayThursdayFridaySaturday