Ditengah maraknya berita mengenai bakteri Enterobacter Sakazakii yang mencemari berbagai produk susu formula dan makanan instan untuk bayi dan balita (yang hasil penelitiannya sebenar sudah dirampungkan oleh para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan dilaporkan kepada BPOM sejak tahun 2006), Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) menyerukan ajakan untuk kembali ke Air Susu Ibu (ASI) sebagai satu-satunya sumber nutrisi yang terlengkap dan terbaik untuk bayi dan balita.
Ketua AIMI Mia Sutanto dalam siaran persnya mengatakan, bukti yang menguatkan pernyataan tersebut semakin tak terbantahkan. “Nutrisi dan kalori yang terkandung di dalam ASI sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, jadi tak perlu tambahan susu formula apapun” katanya di Jakarta, kemarin (26/2).
ASI mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air garam dan gula yang semuanya sudah secara khusus dikomposisikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing bayi. Lebih lanjut Mia menjelaskan, ASI mengandung sel-sel hidup yang berperan sebagai zat anti infeksi dan imunitas alami untuk melindungi bayi dari berbagai ancaman penyakit. “Tentu sel-sel hidup ini tidak ada dalam produk susu formula.” katanya.
Oleh karena itu, “Bicara mengenai keunggulan ASI dibandingkan dengan susu formula sudah pasti sangat banyak, selain dari segi kandungan dan kecukupan nutrisi, kemudian faktor imunitas atau perlindungan tubuh, juga dari segi kedekatan ibu dan anak (bonding) yang tak akan tertandingi oleh apapun,” tambahnya.
Mia kemudian melanjutkan, AIMI akan secara konsisten terus menyerukan kepada seluruh ibu-ibu di Indonesia untuk kembali memberikan ASI kepada bayinya. “Jangan mempertaruhkan masa depan bayi-bayi Indonesia dengan tidak memberikan ASI, yang sudah terbukti merupakan makanan yang paling bagus, paling lengkap dan paling higienis untuk dikonsumsi oleh bayi.”
Memberikan ASI sebagai satu-satunya nutrisi terbaik untuk bayi, lanjut Mia, memang membutuhkan persiapan khusus sejak masa kehamilan. “Namun semua proses persiapan untuk memberikan ASI bisa dilakukan dengan mudah karena bekal utamanya hanyalah pengetahuan yang memadai dan pikiran positif dan niat si ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya serta dukungan dari keluarga dan masyarakat sekitar,” jelasnya.
Sesuai dengan rekomendasi WHO/UNICEF dan juga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), untuk bayi harus diberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama dan kemudian dilanjutkan dengan MPASI (makanan pendamping ASI) yang berkualitas. ASI diteruskan hingga 2 tahun atau lebih sesuai dengan keinginan ibu dan bayi.
Selanjutnya, karena ASI bisa memenuhi kebutuhan kalori sebesar 100% untuk bayi yang berusia 0-6 bulan, 70% untuk usia bayi 6-12 bulan dan 30% untuk usia anak diatas 12 bulan, maka pemberian susu tambahan setelah masa ASI Eksklusif juga tidak diperlukan. “Saat ini masih banyak ibu yang berpendapat bahwa setelah masa ASI Eksklusif pemberian susu formula untuk bayi diatas 6 bulan atau diatas 1 tahun menjadi kebutuhan wajib, padahal selama anak masih mendapatkan ASI hal tersebut tidak diperlukan,” tandasnya. Mia kemudian menambahkan bahwa, apabila karena sesuatu hal orangtua memilih untuk memberikan susu formula kepada bayinya, ada 3 hal yang perlu diingat, “Susu formula bukanlah produk yang steril, tidak ada satupun susu formula yang komposisi dan kualitasnya mendekati ASI, dan pemberian susu formula bukannya tanpa resiko,” tegasnya.
AIMI juga sangat menyayangkan pernyataan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan RI Siti Fadilah Supari bahwa temuan IPB ini merupakan salah satu bentuk perang produk. “Sangat tidak pada tempatnya Menteri Kesehatan yang seharusnya menyikapi temuan ini dengan arif dan mencermatinya secara positif, malah mengeluarkan pernyataan prematur yang cenderung bersifat defensif dan memihak pada produsen susu formula dengan mendiskriditkan temuan tersebut,” tegas Mia. Seharusnya dalam kapasitasnya sebagai Menteri Kesehatan, tujuan utamanya adalah melindungi kepentingan masyarakat (bukan kepentingan pengusaha) dengan segera menindaklanjuti temuan tersebut dan selanjutnya mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mencegah timbulnya keresahan serta terjadinya kerugian yang lebih besar pada masyarakat. ***
Contact Person AIMI:
Mia Sutanto, Ketua
mia.sutanto@aimi-asi.org
HP: 0815 1000 2584
Yuyuk Andriati, Divisi Komunikasi
yeye@aimi-asi.org
HP: 0811 971509
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI)
Graha MDS Lt.3
Pusat Niaga Mas Fatmawati Blok B1/34
Jln. RS Fatmawati No. 39 Jakarta
www.aimi-asi.org