Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) yang membuka pengumpulan dana untuk korban bencana Merapi sejak tanggal 28 Oktober lalu telah menggunakan dana sumbangan yang terkumpul untuk berbagai kebutuhan pengungsi, terutama ibu, bayi dan balita di Jogjakarta.

Dana yang terkumpul hingga 4 November 2010 sebesar Rp 4 juta dan telah disalurkan kepada para korban bencana letusan Merapi oleh Konselor Laktasi AIMI yang mengunjungi para korban sekaligus memberikan konseling kepada ibu hamil dan menyusui agar bisa tetap menyusui dalam kondisi darurat.

dr. Astri Pramarini, Konselor Laktasi AIMI yang juga Ketua AIMI Jawa Timur mengunjungi pos pengungsi di Hargobinangun. Di sana menemui 27 ibu hamil dan menyusui yang tinggal di pos dan sekitarnya untuk memberi dukungan menyusui.

Uang sumbangan dari donatur yang masuk ke AIMI, kata Astri, juga diberikan peralatan memasak karena ibu-ibu mengalami kesulitan untuk memberikan MPASI buatan sendiri karena di pengungsian tidak ada peralatan memasak yang bisa digunakan. “Mereka mengeluhkan bayi-bayi menolak MPASI (bubur instan) yang disediakan, bahkan akan yang mengalami konstipasi setelah mengonsumsi makanan instan.”

Untuk itu, AIMI kemudian bekerja sama dengan Jogja Parenting Club menyediakan MPASI untuk bayi berusia 6 bulan ke atas dengan menggunakan dana yang ada.

AIMI juga membagikan flyer mengenai cara memberikan makanan kepada bayi pada saat terjadi bencana, panduan menyusui dan cara memerah ASI. Menurut Astri, dalam kondisi serba darurat seperti ini, ASI menjadi satu-satunya cara yang paling pasti untuk melindungi bayi. “Karena itu, AIMI langsung turun untuk memberikan konseling dan motivasi, agar ibu tetap bisa menyusui.”

Dia menambahkan, seorang ibu, dalam kondisi apapun pasti bisa menyusui bayinya. Sebaiknya, ibu melindungi bayinya dengan tidak memberikan susu formula secara sembarangan yang bisa membahayakan kondisi bayi. Dalam situasi darurat di pengungsian, lanjut Astri, persediaan air bersih sangat terbatas sehingga itu sangat tidak memungkinkan untuk bayi bisa mengonsumsi susu formula. “Air bersih dibutuhkan untuk mencuci botol dan membuat susu, padahal saat ini persediaan air bersih sangat terbatas.”

AIMI masih membuka sumbangan dana untuk korban Merapi yang akan disalurkan untuk memenuhi kebutuhan MPASI bayi dan balita bekerja sama dengan Jogja Parenting Club. Jika Anda ingin membantu, dana bisa ditransfer melalui

Rekening AIMI Bank Mandiri Cabang Jakarta Kyai Tapa, a/n. Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia nomor rekening 11700 2464 274 6 (11700 AIMI ASI 6)

dan mencantumkan Bantuan Mentawai dan Merapi di berita transfer.


Fact Sheet AIMI:

Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) adalah organisasi independen yang terbentuk dari kepedulian beberapa ibu mengenai pentingnya pemberian ASI untuk bayi secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga 2 tahun atau lebih. Saat ini dukungan untuk ibu yang memberikan ASI kepada bayinya dirasakan kurang, baik itu perhatian dan dukungan dari pemerintah, masyarakat umum dan instansi swasta. Berbagai kegiatan telah dilakukan AIMI untuk mensosialisasikan ASI, antara lain kegiatan regular kelas edukasi AIMI dengan tema seputar ASI, talkshow MP-ASI sehat untuk bayi, AIMI Goes to Office yaitu sosialisasi mengenai ASI yang dilakukan di kantor-kantor, pemberian penghargaan kepada perusahaan yang mendukung pemberian ASI, konsultasi laktasi dan kegiatan lainya.


Contact Person AIMI: Mia Sutanto AIMI Chairwoman mia.sutanto@aimi-asi.org, +6281510002584

Sisca Baroto-Utomo Head of Communications Division sisca@aimi-asi.org, +62818765021

Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Graha MDS lt. 3 Pusat Niaga Mas Fatmawati Blok B1/34 Jl. RS. Fatmawati no. 39, Jakarta Telp: 021.72790165 Fax: 021.72790166


[download id="49"]

MELINDUNGI BAYI DALAM KEADAAN DARURAT

Informasi untuk Media

Bencana alam yang melanda Indonesia terlalu kerap menyisakan kepedihan pada kita semua, rintihan dan tangis korban bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kekeringan dan bencana lainnya, seakan menguji ketabahan kita sebagai manusia. Ibu dan anak-anak, terutama bayi, adalah korban yang paling rentan ketika terjadi bencana.

Media memiliki peran yang penting untuk melindungi bayi dalam keadaan darurat dengan tidak memberikan dukungan pada donator yang menyumbangkan susu formula dan mengingatkan pembaca bahwa Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling steril dan bisa mencegah penyakit pada bayi, sedangkan makanan buatan akan menambah risiko bagi bayi.

MENGAPA BAYI BEGITU RENTAN?

Bayi memiliki kebutuhan nutrisi khusus dan dilahirkan dengan sistem kekebalan tubuh yang belum sempurna. Untuk bayi yang masih menyusui, ASI akan memenuhi kebutuhan makanan untuk mereka dan sekaligus kekebalan tubuh yang melindungi mereka dalam kondisi darurat.

Situasi berbeda dialami oleh bayi yang tidak menyusui. Dalam keadaan darurat, persediaaan makanan terhambat dan tidak ada persediaan air bersih untuk membuat susu formula atau membersihkan botol susu yang akan digunakan. Dalam kondisi seperti ini, bayi yang tidak menyusui rentan terhadap infeksi dan diare. Bayi yang menderita diare sangat mudah terserang malnutrisi dan dehidrasi serta meningkatkan risiko kematian.

BAGAIMANA DENGAN ANAK-ANAK?

Tidak hanya bayi yang memiliki kerentanan dalam kondisi darurat bencana, anak-anak dibawah 5 tahun dan terutama anak dibawah 2 tahun memiliki risiko lebih mudah sakit dan menemui ajalnya dalam kondisi darurat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bayi tetap disusui hingga usia 2 tahun atau lebih. Anak-anak juga membutuhkan makanan bergizi yang aman untuk dikonsumsi, dan hal seperti ini tentu tidak mudah dilakukan dalam kondisi darurat.

MASALAH YANG DIHADAPI

Berkaca dari pengalaman lalu ketika terjadi bencana, susu bubuk dan susu formula untuk bayi lazim disumbangkan kepada korban bencana. Bahkan beberapa perusahaan susu formula, langsung menyumbang kepada korban bencana, juga dari beberapa lembaga bantuan, pemerintah dan juga individu yang ingin membantu.

Liputan media bisa menghasilkan tekanan kepada pemerintah dan masyarakat untuk tidak lagi menyumbangkan susu formula saat bencana datang.

Dalam kondisi darurat, produk susu bubuk dan susu formula ini sering dibagikan dengan tidak terkontrol dan digunakan oleh ibu yang bahkan masih menyusui bayinya. Ini mengakibatkan sakit dan kematian bayi yang sangat tidak diharapkan.

Hasil penelitian UNICEF setelah gempa di Yogyakarta tahun 2006 lalu menunjukkan, meskipun awalnya tingkat menyusui di kota tersebut sangat tinggi, 70% bayi dibawah usia 6 bulan diberi sumbangan susu formula. Contoh lain, Centre for Disease Classification (CDC) menemukan setelah terjadi bencana banjir, sekitar 500 anak di Botswana (tahun 2005-2006) ditemukan meninggal dunia setelah mengonsumsi susu formula dari hasil sumbangan.

BAGAIMANA MEDIA BISA MEMBANTU?

Media memiliki peran yang sangat penting untuk melindungi bayi dan anak-anak dalam kondisi darurat dengan menyebaran informasi dukungan terhadap ibu menyusui dan penggunaan susu bubuk dan susu formula yang tepat. Media bisa membantu dengan memasukkan cerita-cerita seperti ini :

  • Dukung ibu untuk tetap menyusui adalah cara yang paling pasti untuk melindungi bayi dalam kondisi darurat.
  • Menyusui bisa dilakukan seorang ibu dalam kondisi apapun, termasuk jika sedang stress, ibu tetap bisa memberikan susu yang cukup untuk bayinya.
  • Penggunaan susu bubuk dan susu formula secara sembarangan sangat membahayakan kondisi bayi, menyebabkan sakit bahkan kematian.
  • Relawan harap menyampaikan bahwa tidak ada kebutuhan untuk susu formula dalam jumlah yang sangat besar pada saat kondisi darurat dan jika benar-benar membutuhkan bisa disediakan secara lokal. Tidak perlu sumbangan susu formula, susu bubuk dan botol bayi dalam kondisi darurat bencana.
  • Anggota masyarakat dan lembaga bantuan disadarkan bahwa distribusi susu formula dan susu bubuk yang tidak tepat akan dilaporkan kepada pihak yang berwenang.

BAGAIMANA MELINDUNGI BAYI DAN ANAK-ANAK DALAM KONDISI DARURAT?

Berikut ini pedoman dan pengelolaan pemberian makanan bayi dalam kondisi darurat :

  1. Ibu yang menyusui anaknya harus diberikan dukungan dan bantuan praktis untuk meneruskan menyusui, mereka tidak boleh sembarangan diberikan bantuan susu formula dan susu bubuk.
  2. Ibu yang sudah tidak lagi menyusui, misalnya ibu yang telah menyapih anaknya, harus didukung untuk memulai relaktasi dan mencari ibu susu untuk bayi tanpa ibu.
  3. Jika ada bayi yang tidak bisa disusui, bayi tersebut harus diberikan susu formula dan perlengkapan untuk menyiapkan susu tersebut, dibawah pengawasan yang ketat dan kondisi kesehatan bayi harus tetap dimonitor. Botol bayi sebaiknya tidak digunakan karena risiko terkontaminasi, kesulitan untuk membersihkan botol-gunakan sendok atau cangkir untuk memberikan susu kepada bayi.
  4. Jika susu bubuk yang tersedia dicampur dengan makanan lokal yang ada sebelum didistribusikan, itu juga bukan merupakan pengganti ASI.
  5. Upayakan untuk melindungi dan mendukung menyusui dan memastikan pemberian makanan yang aman untuk anak-anak.
  6. Keadaan darurat bisa digunakan oleh perusahaan susu formula masuk ke ceruk pasar baru dan meningkatkan penjualan. Pemasaran susu formula yang tidak etis adalah masalah dunia dan kode etik internasional telah dikeluarkan untuk memberikan dukungan kepada ibu dan bayi dari pemasaran yang tidak etis ini.

Pesan ini disampaikan kepada media yang memiliki dampak pemberitaan sangat luas, mengenai kebutuhan bayi dalam kondisi darurat. Anggota masyarakat, lembaga bantuan dan donor yang ingin memberikan bantuan kepada bayi dan anak-anak bisa mencapatkan informasi yang tepat dan ini bisa membantu untuk melindungi mereka dari praktik-praktik yang berbahaya dan melindungi mereka yang rentan malnutrisi dan ancaman kematian. *****

Informasi ini disadur oleh Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) dari Operational Guidance for Emergency Relief Staff and Programme Managers in Infant and Young Child Feeding in Emergencies. IFE core Group. www.ennonline.net


Terdapat pada kategori Berita pada 09 Nov 2010

Informasi Lainnya

Yuk, Berpartisipasi Dukung AIMI

AIMI 15th SEHATI Virtual Run & Ride

MengASIhi x COVID-19