Antara Beijing menuju Jakarta, 20 September 2011.

Buat saya, tidak ada yang lebih berat selain perasaan campur aduk antara hendak pergi ke suatu tempat yang benar-benar belum pernah dikunjungi sebelumnya tapi dibarengi juga perasaan sedih harus meninggalkan keluarga di Indonesia. Alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan yang amat menarik (dan mudah-mudahan bermanfaat juga) untuk menghadiri 'One Asia Breastfeeding Partners Forum 8' (OABPF8) yang diselenggarakan di Ulaan Baatar, Mongolia pada 14-16 September 2011 lalu. Kebetulan saya mewakili AIMI dan juga satu-satunya perwakilan Indonesia pada forum ini.

OABPF8 ini sudah setiap tahun diadakan di negara-negara Asia yang tahun lalu baru saja diadakan di Jakarta. Tema yang diangkat tahun ini adalah "Food Security & Climate Change". Ada pun negara-negara yang berpartisipasi tahun ini dibagi dalam 3 region;

  1. Asia Selatan yang terdiri dari: India, Srilanka, Bhutan, Nepal, Bangladesh dan Afghanistan.
  2. Asia Timur yang terdiri dari: Mongolia, Republik Rakyat China, Korea Selatan, Taiwan dan Hong Kong.
  3. Asia Tenggara yang terdiri dari: Indonesia, Filipina, Malaysia, Vietnam dan Thailand.

Tema kali ini bukan tanpa alasan diangkat pada OABPF8 kali ini. Sudah banyak penelitian dan riset yang menunjukkan resiko pemberian formula pada bayi, namun seringkali kita luput bahwa pemberian formula juga menghasilkan banyak sekali sampah dan limbah yang mempengaruhi lingkungan. Belum lagi ketersediaan pangan yang ikut terpengaruh dengan kondisi pemanasan global yang merupakan dampak langsung dari pencemaran yang manusia sendiri lakukan di dunia ini.

Hari Pertama: Kaitan Menyusui dengan Ketersediaan Pangan & Perubahan Iklim

Hari Rabu 14 September 2011 acara OABPF8 resmi dibuka oleh Menteri Kesehatan Mongolia yang secara langsung memberikan sambutan dengan memaparkan kondisi menyusui dan status pemberian makan pada anak di Mongolia. Banyak hal menarik yang beliau sampaikan dalam sambutannya diantaranya bagaimana menyusui merupakan kebiasaan yang alamiah dan dilakukan banyak sekali ibu di Mongolia. Keberhasilan ini tidak lepas dari komitmen pemerintah Mongolia mejalankan program Rumah Sakit Sayang Bayi di semua RS di Mongolia.

Tingginya angka ibu yang menyusui juga diikuti dengan rendahnya angka kematian ibu dan bayi di Mongolia. Hal ini sangat menarik untuk menjadi catatan bagi kita, karena sampai saat ini program RS Sayang Bayi belum (kembali) menjadi program pemerintah yang wajib dijalankan di setiap fasilitas kesehatan.

Acara lalu dilanjutkan dengan sambutan dari beberapa pihak seperti dr. Arun Gupta yang merupakan Ketua IBFAN Asia yang menjadi penyelenggara dari OABPF8 bekerjasama dengan Kementrian Kesehatan Mongolia dan didukung penuh juga oleh Mongolian Pediatric Society dan Mongolian Maternal & Child Health Center.

Setelah itu acara dilanjutkan dengan presentasi mengenai emisi gas buang yang dihasilkan dalam rantai produksi pembuatan formula. Presentasi ini sangat mencerahkan buat saya karena banyak sekali informasi yang menunjukkan bahwa rantai produksi formula yang begitu panjang mulai dari peternakan sapi yang menghasilkan banyak sekali limbah yang mengotori lahan dan air. Belum lagi emisi gas buang yang dihasilkan sapi yang punya peran besar juga dalam pemanasan global. Rantai produksi ini masih terus berjalan yang diteruskan dengan dibawanya susu sapi ke pabrik dengan truk yang membutuhkan bahan bakar, lalu susu masuk pabrik yang membutuhkan banyak sekali tenaga listrik dan juga menghasilkan limbah yang juga besar. Lalu formula dimasukkan ke dalam kemasan (kemasan ini biasanya datang dari pabrik lain yang menggunakan transportasi dan rantai produksi yang juga tidak kalah rumitnya) dan lalu kembali masuk ke kendaraan pengangkut untuk didistribusikan. Ini menambah lagi emisi gas buang dari truk.

Singkatnya, formula sampai di toko dan ingat, produk ini belum sampai ke tangan pembeli loh! Para konsumen musti harus mengeluarkan biaya dan energi untuk mendapatkan formula ini yang lagi-lagi menghasilkan emisi gas buang seperti asap dari kendaraan yang dipakai, gas yang dipakai untuk memasak air, air bersih yang dipakai untuk menyeduh formula dan seterusnya. Bandingkan dengan menyusui yang mungkin satu-satunya energi yang dikeluarkan adalah pembakaran energi pada tubuh ibu (yang buat banyak ibu ini menyenangkan karena sekalian membakar lemak dalam tubuh hehehe). Presentasi ini dibawakan dengan baik oleh seorang mahasiswi dari South Carolina University, Amerika Serikat, Melisa Tinling.

PresentASI berikutnya disampaikan oleh Velvet Escario-Roxas, delegASI dari Filipina yang juga ibu menyusui dua putri yang menyampaikan sisa karbon yang tersisa pada rantai produksi formula yang mungkin sering luput dari pengamatan kita dan meninggalkan bekas pada tanah, air dan udara yang kita tinggali.

Velvet juga menyampaikan bahwa limbah yang dihasilkan formula punya banyak sekali peran dalam kondisi perubahan iklim di dunia saat ini. Beberapa riset dipaparkan pada presentasinya yang menyoroti betapa menyusui merupakan kegiatan alamiah yang tidak menghasilkan sampah sama sekali. Sedangkan formula sebaliknya sangat tidak ramah lingkungan. Penuturan yang disampaikan bisa akan lebih panjang lagi jika kita akan membahas penggunaan botol, dot, empeng dan alat-alat lainnya yang biasanya dipakai dalam pemberian formula.

Kedua presentASI diatas menunjukkan bahwa menyusui adalah investASI yang tidak hanya untuk kesehatan anak-anak kita namun untuk dunia yang akan mereka tinggali kelak. Menyusui tidak hanya dilihat dari aspek kesehatan, banyak sekali aspek lain yang terlibat dan membutuhkan banyak sekali pihak yang harus turut mendukung keberhasilan seorang ibu menyusui.

Setelah makan siang, acara OABPF8 dilanjutkan dengan presentASI dari masing-masing negara tentang status World Breastfeeding Trends initiatives (cek: www.worldbreastfeedingtrends.org).

Acara hari pertama ini diakhiri dengan presentASI dari dr. Soh delegASI Korea Selatan yang menuturkan bahwa kampanye untuk mencintai dan menjaga lingkungan sudah sering didengungkan pemerintah dan banyak lembaga. Hal ini sudah menjadi agenda dari banyak negara juga. Menyusui yang merupakan kegiatan yang tidak menghasilkan sampah (kecuali mungkin emisi gas buang si ibu dan bayi hehehe... :p). Beliau menunjukkan betapa menyusui seharusnya menjadi salah satu kegiatan utama dari kampanye lingkungan.

Hari Kedua: Pemberian MP-ASI dalam Konteks Lokal

Pada hari kedua ini pembahasan masuk ke complementary feeding atau MP-ASI. Bagaimana pemberian MP-ASI yang berkualitas dan menggunakan bahan-bahan dalam konteks lokal menjadi prioritas tugas kita bersama dalam agenda kerja.

Semua delegASI mempresentasikan resep-resep lokal untuk anak usia 6-8 bulan, 8-10 bulan, 10-12 bulan dan resep MP-ASI untuk anak malnutrisi. Ini adalah contoh presentasi saya untuk resep dalam konteks lokal dengan menggunakan tempe yang merupakan salah satu bahan makanan yang mudah dan murah untuk Indonesia.

Semua peserta memberikan resep-resep yang menarik dan rencananya IBFAN akan membuat kompilASI buku resep MP-ASI ini untuk bisa menjadi bahan acuan untuk kita semua. Khusus delegASI Mongolia, mereka dengan khusus mendatangkan semua resep yang ditampilkan dalam satu sesi sehingga kita semua bisa mencobanya.

Hari kedua ini ditutup dengan cultural night, semua peserta harus memberikan hiburan dari negara asal. Kebetulan saya dan teman dari Malaysia sama-sama menyanyikan lagu melayu untuk mewakili kedua negara tetangga ini. Kami juga sempat disuguhi pertunjukkan menarik dari Mongolia yakni throat singing, yakni nyanyian khas pria Mongolia yang mengeluarkan suara khas berdengung dari tenggorokannya. Selain itu ada tarian dan senam ritmik yang juga menjadi andalan di Mongolia.

Hari Ketiga: Rencana Tindak Lanjut untuk Penilaian ‘World Breastfeeding Trends initiatives’

Hari terakhir dari konferensi ini diadakan diskusi dan rencana tindak lanjut kelompok kerja IBFAN Asia dan Regional serta finalisasi “Deklarasi Ulaan Baatar” yang merupakan hasil akhir dari One Asia Forum 8 kali ini.

Program kerja pertama yang akan menjadi pekerjaan bersama adalah update assesment dari World Breastfeeding Trends initiatives yang terakhir sudah dikerjakan tiga tahun yang lalu. Selain itu, akan akan rencana kerja bersama antar regional negara-negara Asia Tenggara dalam kaitannya promosi dan advokASI.

Kami menyadari pekerjaan ini banyak dan tantangan ke depannya masih akan sangat besar. Namun melihat antusiasme para delegASI dan sikap positif dan ingin berbagi dari mereka, seakan-akan menyulut semangat kerja untuk terus berbagi. Mudah-mudahan langkah kecil ini bisa berbuah manis kelak, yakni menyusui menjadi hal yang alamiah untuk generASI masa depan dan investASI lingkungan yang lebih baik. Salam menyusui!


Terdapat pada kategori Berita pada 28 Sep 2011

Informasi Lainnya

Yuk, Berpartisipasi Dukung AIMI

AIMI 15th SEHATI Virtual Run & Ride

MengASIhi x COVID-19