Penulis: Irawati Budiningsih - Konselor Menyusui AIMI
Sering sekali kita mendengar kehebatan-kehebatan para suami yang telaten mendampingi istri dalam merawat bayinya: mengganti popok, memberi ASI perah pada malam hari, meninabobokan bayi saat terbangun malam, dan lain sebagainya. Kisah-kisah ini terdengar sangat heroik, terutama bila kita (sebagai ibu) membandingkan dengan kenyataan yang tidak sesuai harapan. Betapa indahnya dunia bila suami bisa begitu pengertian dan memberi jatah “me-time” tanpa merasa dipaksa.
Ini juga terjadi pada diri saya dulu. Suami saya termasuk orang yang kikuk memegang bayi. Baginya, bayi adalah mahluk yang sangat fragile, jadi ia merasa ketakutan untuk menggendongnya. Saat menggendong anak kami, ia harus menemukan posisi yang sempurna: cuci tangan, lalu duduk di atas tempat tidur, kaki bersila, menumpuk 2 bantal paling empuk menurutnya, baru berkata "yak, siap". Barulah saya serahkan Ammar diatas tangannya (kadang harus diangkat lagi karena posisi tangan suami kurang mantap dan dicoba berulang-ulang baru dia merasa pas). Lalu setelah 2 menit suami saya akan berteriak "aduh aduh kram! Udah angkat angkat, kasian nanti Ammar sakit."
Suami saya baru berani menggendong ammar saat usianya menginjak 7 bulan. Menggantikan popoknya saat bayi? Sama sekali tidak pernah.
Tapi sejak usia 2 tahun, Ammar paling suka "mandi sama bapak". Proses menyapih dengan cinta semakin mendekatkan diri suamiku dengan Ammar. Terapi pelukan yang terus kami lakukan untuk menggantikan kegiatan menyusu karena kebiasaan, ternyata juga berdampak besar bagi hubungan Ammar & bapaknya. Dan tebak siapa yang paling menyemangati saya untuk terus berjuang aktif di AIMI sampai sekarang: suamiku tersayang, bapaknya Ammar. Ia menyadarkan saya bahwa "me-time" tidak cuma sekedar nyalon, meni-pedi atau hang out dengan teman.
Ibu, otak laki-laki berbeda dengan otak perempuan.
Michael Guriaan dalam bukunya What Could He Be Thinking? How a Man’s Mind Really Works menjelaskan, perbedaan antara otak laki-laki dan perempuan terletak pada ukuran bagian-bagian otak, bagaimana bagian itu berhubungan serta cara kerjanya. Perbedaan mendasar antar keduanya adalah:
Sekarang coba bayangkan bila dua struktur otak yang sangat berbeda tadi tidak dijembatani dengan komunikasi yang baik? Dan secara kemampuan, kita sebagai perempuan telah ditunjuk menjadi ‘juru komunikasi handal’ oleh Tuhan, karena Ibu diciptakan dengan kelebihan intuisif dan penuh cinta.
Memang terdengar melelahkan bila kita harus memahami perasaan suami kita, sementara kita sebagai istri, ibu & manajer operasional di rumah, jungkir balik mati-matian dalam mengurus anak, mengurus suami, mengurus rumah, ditambah lagi menyusui bayi kapanpun dia mau. Tapi ternyata Tuhan memang menciptakan perempuan dengan segala kelebihannya tadi untuk menjaga keharmonisan hubungan.
Jadi Ibu, pergunakan kemampuanmu sebagai juru komunikasi handal :
Dan yang paling penting dari semua itu, ingatlah bahwa kita memilih suami kita karena mau menerima kelebihan & kekurangannya. Setiap orang terlahir berbeda dan terbentuk pada lingkungan dan pendidikan yang berbeda. Cobalah untuk mengerti sampai mana batas kemampuannya. Jangan pernah untuk memaksakan dia untuk sama dengan orang lain. Keunikan dan ciri khas setiap orang harus dihargai.
Perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Secara hakikat, tugas tulang rusuk adalah menjaga hati. Jadi sebenarnya istri lah yang ditugaskan untuk menjaga hati suami, mengembangkan potensinya, menjaga keimanan & kebahagiannya. Jadi bila suami kita belum mendukung penuh keputusan kita untuk menyusui, jangan kita tentang. Tapi dukunglah dia untuk menjadi pendukung yang baik. Dukunglah dia untuk menjadi seorang breastfeeding father atau ayah ASI. Kemenangan ini akan menjadi kemenangan untuk ibu, anak & pastinya : ayah.
Terdapat pada kategori Informasi pada 24 Nov 2010