Penulis: Farahdibha Tenrilemba - Sekretaris Jendral AIMI

Sering kali kami menemui atau mendengar banyak ibu yg mengeluh, "Kenapa anak saya dikasih susu formula? Kok perawat tidak meminta ijin ke saya, padahal saya ingin menyusui eksklusif?” Atau, "Kenapa dokter bilang ASI saya tidak cukup untuk bayi saya?” Itu hanya 2 dari sekian banyak keluh kesah ibu sesaat setelah persalinan, yang tentu membuat ibu stres dan berujung pada ketidakmampuan menyusui anaknya, khususnya sekembalinya di rumah. Tidak sedikit dari ibu-ibu yang sudah memiliki pengetahuan dan kemauan untuk menyusui namun gagal menerapkan pemberian ASI eksklusif.

Ketika fasilitas kesehatan (faskes) dan petugas kesehatan (petkes) adalah pihak yang tidak mendukung pemberian ASI, maka bisa dipastikan kesulitan dan tantangan menyusui menjadi penghalang dalam memberikan ASI Ekslusif pada bayi.

Siapa korbannya? Tentu saja IBU dan BAYI!

Faskes dan petkes merupakan garda paling pertama dari kunci sukses menyusui. Semua diawali di tempat saat ibu melahirkan. Jika ibu tidak diberikan kesempatan untuk Inisiasi Menyusu Dini (IMD)[1. IMD – Inisiasi Menyusu Dini adalah memberikan kesempatan pada bayi baru lahir untuk mencari payudara dan sumber kehidupannya sesaat setelah dilahirkan dan dibiarkan minimal 1 jam. Segala tahapan IMD 1 jam tersebut berguna utk ibu dan bayi] ketika persalinan, ibu tidak diajarkan cara menyusui dengan tepat, ibu dipisahkan dari bayinya, bayi diberikan cairan selain ASI, maka bisakah faskes tersebut layak disebut rumah sakit pro-ASI?

Lagi-lagi, siapa korbannya? IBU dan BAYI!

Sejarah RSSIB

Faskes pro-ASI merupakan terminologi yang sering diucap oleh kebanyakan ibu belakangan ini untuk menggantikan apa yang dahulu kita kenal dengan Rumah Sakit Sayang Bayi (RSSB).

Program RSSB diperkenalkan secara Nasional pada tahun 1991 dengan perlombaan implementasi 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM), berupa pengembangan instrument pedoman dan penilaian, training assessor pusat dan daerah, penilaian diri sendiri, penilaian bersama internasional assessor, penilaian tingkat pusat, penilaian tingkat provinsi, reward tingkat pusat, maka dihasilkanlah 340 RSSB di seluruh propinsi. Kemudian di tahun 1992 dikeluarkanlah Kriteria Global Breastfeeding Friendly Hospital Initiative (BFHI). Pada tahun 1999 dilakukan survey akreditasi RSSB di DKI Jakarta dan hasilnya tinggal 25% faskes yang menerapkan 10 LMKM. Pada tahun 2000, terjadi integrasi dari RSSB menjadi Rumah Sakit Sayang Ibu Bayi (RSSIB). Hal ini tidak disambut antusias oleh para pihak pelayanan Kesehatan, di tahun 2003, revitalisasi RSSB hanya terjadi di beberapa propinsi saja. Maka pada tahun 2006 dikeluarkanlah versi revisi dan terkini dari Kriteria Global RSSB[2. Makalah Dr. Dien Sanyoto Besar, SpA, IBCLC Ketua BKPPASI pada Worskhop Pekan ASI Sedunia Kemenkes, 27 Juli 2010].

Di Indonesia,10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui ini didukung oleh 10 dasar-dasar hukum yang antara lain:

  1. Kepmenkes no 450 th 2004 tentang Pemberian ASI Eksklusif
  2. Surat Edaran Dirjen Yanmedik no YM003351465 th 2005 tentang Revitalisasi RSSIB
  3. Surat Edaran Dirjen Yanmedik no MM0003352219 th 2007 tentang Pelaksanaan IMD
  4. SKB 48/Men.PP, 27/Menakertrans, 1177/Menkes th 2008 tentang perlindungan dan dukungan pekerja perempuan menyusui selama waktu bekerja
  5. Kepmenkes no 203 th 2008 tentang Pokja Nasional Metoda Kanguru
  6. Kepmenkes np 603 th 2008 tentang RS Sayang Ibu Bayi
  7. Kepmenkes no 237 th 1997 tentang Pemasaran Pengganti ASI
  8. PerMen Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 03 tahun 2010 tentang Penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui
  9. Undang-Undang no 36 th 2009 tentang Kesehatan
  10. Peraturan Pemerintah tentang Pemberian ASI Eksklusif (dalam proses pembahasan)

Perayaan Pekan ASI Sedunia

Setiap tanggal 1-7 Agustus, dunia merayakan Pekan ASI Sedunia atau World Breastfeeding Week (WBW). WBW merupakan perayaan menyusui tahunan yang dirayakan di minggu pertama bulan Agustus. Seluruh dunia, para pendukung menyusui merayakan, berdemonstrasi, mengadakan konferensi atau acara. Hal ini dilakukan agar meningkatkan kesadaran masyarakat dan dukungan akan praktek menyusui. Tahun 1992, World Alliance Breastfeeding Action (WABA) mengkoordinasikan perayaan ini untuk pertama kalinya untuk mempromosikan bahwa menyusui adalah yang terbaik bagi ibu, bayi dan bumi, dan yang terpenting, untuk memberikan pengertian pada dunia bahwa begitu besarnya pengaruh yang selama ini diberikan oleh perusahaan-perusahaan susu formula. Perayaan WBW tiap tahun memiliki tema berbeda. Hal ini dilakukan untuk menyatukan seluruh ibu menyusui di dunia. Tahun 2010 diangkat tema “Menyusui: Sepuluh Langkah Menuju Sayang Bayi,” dengan slogan "Sayang Bayi, Beri ASI”[3. Buku Pedoman Pekan ASI Sedunia (PAS) tahun 2010 kerjasama Kementerian Kesehatan RI, UNICEF, WHO] yaitu terjemahan dari “Breastfeeding: Just Ten Step! The Baby Friendly Way”[4. http://worldbreastfeedingweek.org/]. Penerapan 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM) sangat penting dalam meningkatkan cakupan pemberian ASI.

Sejarah 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui

Pada tahun 1989, UNICEF bersama WHO memperkenalkan Sepuluh Langkah Keberhasilan Menyusui dengan mengeluarkan sebuah Pernyataan Bersama mengenai “Perlindungan, Promosi, dan Dukungan Menyusui: Peran Khusus Fasilitas Pelayanan Kesehatan Ibu”. Tahun 1990 Deklarasi Innocenti menghimbau dunia agar mendukung pelaksanaan Sepuluh Langkah di semua fasilitas Kesehatan yang memberikan pelayanan Kesehatan ibu. Tahun ini Pekan ASI Sedunia memperingati ulang tahun ke 20 Deklarasi Innoceti, sayangnya hanya 20.000 fasilitas persalinan atau sekitar 28% dari seluruh rumah bersalin di seluruh dunia yang telah sepenuhnya menerapkan Sepuluh Langkah dan telah disertifikasi oleh Baby Friendly Hospital Initiative, di Indonesia dikenal sebagai Rumah Sakit sayang Ibu dan Bayi.

Apa saja 10 Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui yang selayaknya menjadi standar tiap Pelayanan Kesehatan dan Pemberi Pelayanan Kesehatan agar terwujud Fasilitas yang Sayang Ibu Bayi?

  1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang pemberian ASI
  2. Memberikan pelatihan bagi petugas
  3. Menjelaskan manfaat menyusui yang benar
  4. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini
  5. Menunjukkan teknik menyusui yang benar
  6. Tidak memberikan Makanan dan atau minuman selain ASI
  7. Melaksanakan rawat gabung
  8. Membantu ibu menyusui sesering mungkin dan semau bayi
  9. Tidak memberikan dot dan atau kempeng
  10. Membina Kelompok Pendukung ASI[5. Pedoman PAS th 2010 Kemenkes/UNICEF/WHO]

Dengan demikian, mengajak semua orangtua dan calon orangtua untuk meminta hak nya mendapat pelayanan diatas. Caranya dengan mencari (yang kita sering sebut shopping) faskes dan tenakes yang menerapkan 10 Langkah. Bahwa ibu dapat meminta 10 hak-haknya:

  1. untuk dijelaskan manfaat menyusui
  2. untuk diajarkan cara menyusui yang tepat
  3. untuk mendapatkan pelayanan Inisiasi Menyusu Dini ketika persalinan
  4. untuk tidak memberikan asupan apapun selain ASI kepada bayi baru lahir
  5. untuk bayi tidak ditempatkan terpisah dari ibunya
  6. untuk mendukung ibu memberikan ASI kapanpun
  7. untuk tidak memberikan dot atau kempeng
  8. untuk Petugas Kesehatan tidak memberikan bingkisan yang berasal dari produsen susu formula
  9. untuk Fasilitas Kesehatan tidak menempelkan logo produsen susu formula pada poster, leaflet, banner, box bayi, selimut, dan semua material ibu dan bayi
  10. untuk dibina atau dirujuk kepada kelompok pendukung ibu menyusui

Semoga perayaan Pekan ASI Sedunia tahun 2010 yang dirayakan oleh Indonesia selama bulan Agustus ini dapat menjadi ajang memperkuat dan meningkatkan pelayanan Kesehatan agar tidak lagi jatuh lebih banyak korban Ibu dan Bayi!

Selamat merayakan bulan ASI Nasional!


Terdapat pada kategori Informasi pada 02 Aug 2010

Informasi Lainnya

Yuk, Berpartisipasi Dukung AIMI

AIMI 15th SEHATI Virtual Run & Ride

MengASIhi x COVID-19